Sukses

IHSG Berpeluang Menghijau, Awasi Saham Pilihan Ini

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak di kisaran 6.012-6.060 pada Rabu pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang naik pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Kondisi bursa saham global dan regional akan pengaruhi IHSG.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan, perjalanan konsolidasi IHSG masih berlanjut. Level support IHSG terlihat kuat dipertahankan mengingat kondisi fundamental ekonomi yang masih berada dalam keadaan stabil.

William menilai, potensi penguatan IHSG juga akan dipengaruhi kondisi bursa saham global dan regional. Sedangkan fluktuasi harga komoditas masih akan bayangi IHSG.

"IHSG akan bergerak di kisaran 5.972-6.123 pada perdagangan saham Rabu pekan ini," ujar William dalam ulasannya, Rabu (13/12/2017).

Sementara itu, Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi menuturkan, IHSG akan kembali konsolidasi dengan kecenderungan menguat terbatas. IHSG akan bergerak di kisaran 6.012-6.060.

"Secara teknikal IHSG masih konsolidasi pada level moving average 20 harian dan lima harian yang mulai menyempit. Ini menandakan pergerakan konsolidasi yang cenderung berlanjut," kata Lanjar.

Pada penutupan perdagangan saham Selasa kemarin, IHSG naik tipis 5,74 poin ke posisi 6.032,37. Sektor saham aneka industri menjadi penekan IHSG. Hal itu didorong saham PT Astra International Tbk susut 2,38 persen. Investor asing melakukan aksi jual Rp 666,44 miliar.

Untuk pilihan saham, Lanjar memilih saham PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Elnusa Tbk (ELSA), dan PT AKR Corpindo Tbk (AKRA) untuk dicermati pelaku pasar.

Sedangkan William memilih saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

IHSG Menguat Tipis pada Perdagangan Kemarin

Sebelumnya laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Bahkan IHSG mampu berbalik arah ke zona hijau meski alami penguatan terbatas.

Pada penutupan perdagangan saham, Selasa, 12/12/2017, IHSG naik tipis 5,7 poin atau 0,10 persen ke posisi 6.032,37. Indeks saham LQ45 melemah 0,03 persen ke posisi 1.018,70. Sebagian besar indeks saham acuan bervariasi.

Ada sebanyak 141 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. 197 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 115 saham lainnya diam di tempat. Pada Selasa pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.042 dan terendah 6.012,98.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 285.893 kali dengan volume perdagangan saham 9,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,5 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 656,67 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.568.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan. Sektor saham aneka industri susut 2,14 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham perdagangan melemah 0,69 persen. Disusul sektor saham keuangan tergelincir 0,09 persen.

Sektor saham tambang naik 2,2 persen, dan bukukan penguatan terbesar. Disusul sektor saham industri dasar mendaki 1,75 persen.

Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham DOID naik 14,93 persen ke posisi Rp 770 per saham, saham INDY melonjak 11,48 persen ke posisi Rp 3.010 per saham, dan saham BUMI mendaki 11,01 persen ke posisi Rp 242 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham AISA merosot 17,83 persen ke posisi Rp 378, saham DGIK turun 6,9 persen ke posisi Rp 54, dan saham WIKA turun 4,14 persen ke posisi Rp 1.505 per saham.

Bursa saham Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 0,59 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,42 persen, indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,32 persen, indeks saham Shanghai melemah 1,25 persen dan catatkan penurunan terbesar. Indeks saham Taiwan tergelincir 0,28 persen. Sedangkan indeks saham Singapura naik 0,15 persen.

"IHSG dipengaruhi penantian fed fund rate dan suku bunga acuan. Serta sentimen kenaikan harga komoditas," ujar Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya lewat pesan singkat.