Sukses

Minim Sentimen, Laju IHSG Cenderung Stagnan Pekan Ini

IHSG diproyeksi cenderung mendatar dalam sepekan ke depan. Minimnya sentimen membuat IHSG cenderung tidak bertenaga.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi cenderung mendatar dalam sepekan ke depan. Minimnya sentimen membuat IHSG cenderung tidak bertenaga.

Analis PT Recapital Sekuritas Kiswoyo Adi Joe mengatakan, sejumlah sentimen yang ditunggu-tunggu investor telah keluar pada pekan lalu. Di antaranya, kepastian kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) dan Bank Indonesia (BI).

"Nggak ada lagi sentimen," kata dia kepada Liputan6.com di Jakarta, Senin (18/12/2017).

Kemungkinan, lanjut dia, penguatan IHSG hanya ditopang aksi window dressing yang biasa terjadi di akhir tahun. Namun, menurutnya, peluang terjadi di akhir tahun ini kecil. "Cuma sesuai riset windows dressing saya, enggak akan terjadi," sambungnya.

Dia memperkirakan IHSG berada pada support 5.900. Kemudian resistance pada level 6.100. Kiswoyo merekomendasikan saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Corp Tbk (INKP), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC).

Untuk diketahui, IHSG kembali menembus rekor pada pekan lalu. IHSG naik 1,46 persen menjadi 6.119,41 dari pekan sebelumnya 6.030,95. Kenaikan IHSG diikuti dengan peningkatan kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) yang juga menembus rekor. Kapitalisasi pasar tercatat Rp 6.781,42 triliun atau naik 1,52 persen dari Rp 6.679,70 triliun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Naik Terbatas, IHSG Cetak Rekor Baru pada Pekan Lalu

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampaknya belum berhenti cetak rekor baru lagi. Usai bergerak di zona merah, IHSG berbalik arah ke zona hijau.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat 15 Desember 2017, IHSG naik tipis 5,7 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.119,41. Level IHSG itu tertinggi sepanjang masa. Indeks saham LQ45 melemah 0,26 persen ke posisi 1.030,10. Sebagian besar indeks saham acuan bervariasi.

Menjelang akhir pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.119,41 dan terendah 6.075,88. Ada sebanyak 157 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. Sedangkan 178 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 117 saham lainnya diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham 292.370 kali dengan volume perdagangan saham 21,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,2 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 666,34 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.567.

Secara sektoral sebagian besar menguat. Sektor saham barang konsumsi naik 0,92 persen dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi mendaki 0,71 persen dan sektor saham manufaktur mendaki 0,45 persen.

Transaksi saham capai Rp 10,2 triliun lantaran ada transaksi saham PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM) mencapai Rp 1,5 triliun di pasar negosiasi. Demikian juga transaksi saham PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) mencapai Rp 1,5 triliun. Di pasar negosiasi, saham BSIM ditransaksikan sebanyak 9 kali dengan harga Rp 880 per saham dan saham SMMA sebanyak satu kali dengan harga Rp 8.000 per saham.

Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham DWGL naik 24,68 persen ke posisi Rp 394 per saham, saham APLN melonjak 6,93 persen ke posisi Rp 216 per saham, dan saham SRIL melonjak 5,65 persen ke posisi Rp 374 per saham.

Sedangkan saham-saham catatkan penurunan menjelang akhir pekan antara lain saham BUMI tergelincir 5,15 persen ke posisi Rp 258, saham DOID susut 3,87 persen ke posisi Rp 745, dan saham JSMR merosot 3,53 persen ke posisi Rp 6.150 per saham.

Sebagian besar bursa Asia tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,09 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul indeks saham Jepang Nikkei merosot 0,62 persen, indeks saham Shanghai tergelincir 0,80 persen, indeks saham Singapura susut 0,48 persen, indeks saham Taiwan turun 0,44 persen. Sedangkan indeks saham Korea Selatan naik 0,51 persen.

"Perjuangan IHSG meraih level tertinggi sepanjang masa ditambah window dressing," ujar Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menuturkan, saham emiten unggulan juga mulai menguat lantaran genjot kinerja menjelang akhir tahun. Hal itu berdampak ke IHSG menjelang akhir pekan ini.