Sukses

Tertinggi Sepanjang Masa, IHSG Cetak Rekor Lagi di 6.221

Investor asing melakukan aksi jual di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali cetak rekor di 6.221.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi menjelang akhir pekan ini. Akan tetapi, IHSG mampu mencatatkan kembali rekor tertinggi baru.

Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (22/12/2017), IHSG naik 37,52 poin atau 0,61 persen ke posisi 6.221,01. Indeks saham LQ45 menguat 0,87 persen ke posisi 1.053,75. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.

Ada sebanyak 156 saham menguat sehingga mendorong IHSG menguat. 176 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 124 saham lainnya diam di tempat.

Pada Jumat pekan ini, IHSG sentuh level terendah 6.167,03 dan tertinggi 6.221,01. Total frekuensi perdagangan saham 230.512 kali dengan volume perdagangan 28,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,4 triliun.

Investor asing melakukan aksi jual Rp 488,30 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.550.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat. Sektor saham aneka industri naik 1,26 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham keuangan mendaki 1,06 persen dan sektor saham infrastruktur melonjak 0,91 persen.

Saham-saham catatkan penguatan terbesar antara lain saham JMAS naik 21,18 persen, saham ARMY melonjak 13,86 persen, dan saham TRAM menanjak 12,50 persen. Sedangkan saham yang tertekan antara lain saham FPNI turun 6,93 persen, saham BTEK tergelincir 4,59 persen dan saham MYRX susut 3,48 persen.

Bursa Asia sebagian besar menguat kecuali indeks saham Shanghai tergelincir 0,09 persen. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,72 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,44 persen, indeks saham Jepang Nikkei mendaki 0,16 persen, indeks saham Singapura menanjak 0,07 persen dan indeks saham Taiwan naik 0,46 persen.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, penguatan IHSG masih didorong kenaikan peringkat utang Indonesia jadi BBB oleh lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings. Ini memberikan sentimen positif ke pasar. Ditambah pennghujung tahun, ada window dressing yang artinya manajer investor mempercantik portofolio sahamnya.

"Meski investor asing melakukan aksi jyal tetapi nilai tukar rupiah masih stabil. Investor juga mulai menata investasinya untuk tahun depan," ujar William saat dihubungi Liputan6.com.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

IHSG Menguat di Awal Sesi Perdagangan

Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau pada perdagangan saham Jumat pekan ini. Penguatan IHSG ini searah dengan bursa Asia dan Wall Street.

Pada pembukaan perdagangan saham, Jumat (22/12/2017), IHSG naik 3,66 poin atau 0,06 persen ke posisi 6.187,29. Indeks saham LQ45 mendaki 0,05 persen ke posisi 1.045,06. Seluruh indeks saham acuan menghijau.

Ada sebanyak 85 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sedangkan 45 saham melemah. Di luar itu, 97 saham lainnya diam di tempat. Pada awal perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.189,67 dan terendah 6.180,61.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 8.978 kali dengan volume perdagangan 211 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 132,4 miliar. Investor asing melakukan aksi jual Rp 1 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.551.

Secara sektoral, dari 10 sektor saham pembentuk indeks terdapat tiga yang melemah sedangnya tujuh lainnya menguat. Tiga yang melemah tersebut adalah barang konsumsi, infrastruktur dan manufaktur.

Sedangkan sektor yang menguat adalah pertambangan dengan naik 0,31 persen dan mencatatkan penguatan terbesar. Disusul kemudian sektor saham keuangan yang menguat 0,27 persen dan sektor saham industri dasar yang naik 0,25 persen.

Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham CAMP naik 23,53 persen ke posisi Rp 950, saham DWGL melonjak 19,13 persen ke posisi Rp 690,dan saham BLTZ naik 8,70 persen ke posisi Rp 10.000 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham FIRE turun 8,54 persen ke posisi Rp 1.500, saham BTEK tergelincir 8,26 persen ke posisi Rp 101, dan saham PADI susut 5,32 persen ke posisi Rp 890 per saham.