Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali cetak rekor tertinggi di 6.221 menjelang libur Natal 2017. Manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai ada sejumlah faktor mendorong penguatan IHSG.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio menuturkan, penguatan IHSG tidak bisa dilihat sesaat. Penguatan IHSG tersebut juga didukung sejumlah faktor. Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stabil meski tidak mencapai enam persen.
Kedua, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) tetap di 4,25 persen juga jadi katalis positif. Ketiga, kinerja keuangan emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tumbuh cukup baik juga mendukung persepsi positif untuk investor.
Advertisement
Baca Juga
"Hasil kinerja kuartal III 2017 emiten di BEI tumbuh 20 persen. Ini tertinggi di ASEAN," ujar Tito saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (22/12/2017).
Tito menambahkan, investor melihat kondisi tersebut sehingga masuk ke pasar saham. Apalagi jumlah investor domestik juga bertambah sehingga meningkatkan kepercayaan pasar. "Ini produk bagus dan ekonomi stabil, investor sudah pintar dan mengerti," ujar dia.
Akan tetapi, di tengah penguatan IHSG, investor asing melakukan aksi jual. Berdasarkan data BEI, investor asing melakukan aksi jual Rp 39,84 triliun hingga Jumat pekan ini. Namun, Tito menilai, investor asing hanya merealisasikan keuntungan investasi di pasar saham Indonesia.
"Investor asing tidak lari tetapi hanya jual sebagian keuntungan. Kepemilikan investor asing dari Rp 1.600 triliun menjadi Rp 1.800 triliun. Jadi naik Rp 200 triliun. Jadi investor asing hanya realisasikan keuntungan," jelas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
IHSG Cetak Rekor Baru di 6.221
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi menjelang akhir pekan ini. Akan tetapi, IHSG mampu mencatatkan kembali rekor tertinggi baru.
Pada penutupan perdagangan saham, Jumat 22 Desember 2017, IHSG naik 37,52 poin atau 0,61 persen ke posisi 6.221,01. Indeks saham LQ45 menguat 0,87 persen ke posisi 1.053,75. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.
Ada sebanyak 156 saham menguat sehingga mendorong IHSG menguat. 176 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 124 saham lainnya diam di tempat.
Pada Jumat pekan ini, IHSG sentuh level terendah 6.167,03 dan tertinggi 6.221,01. Total frekuensi perdagangan saham 230.512 kali dengan volume perdagangan 28,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,4 triliun.
Investor asing melakukan aksi jual Rp 488,30 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.550.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat. Sektor saham aneka industri naik 1,26 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham keuangan mendaki 1,06 persen dan sektor saham infrastruktur melonjak 0,91 persen.
Saham-saham catatkan penguatan terbesar antara lain saham JMAS naik 21,18 persen, saham ARMY melonjak 13,86 persen, dan saham TRAM menanjak 12,50 persen. Sedangkan saham yang tertekan antara lain saham FPNI turun 6,93 persen, saham BTEK tergelincir 4,59 persen dan saham MYRX susut 3,48 persen.
Bursa Asia sebagian besar menguat kecuali indeks saham Shanghai tergelincir 0,09 persen. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,72 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,44 persen, indeks saham Jepang Nikkei mendaki 0,16 persen, indeks saham Singapura menanjak 0,07 persen dan indeks saham Taiwan naik 0,46 persen.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, penguatan IHSG masih didorong kenaikan peringkat utang Indonesia jadi BBB oleh lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings. Ini memberikan sentimen positif ke pasar. Ditambah pennghujung tahun, ada window dressing yang artinya manajer investor mempercantik portofolio sahamnya.
"Meski investor asing melakukan aksi jual tetapi nilai tukar rupiah masih stabil. Investor juga mulai menata investasinya untuk tahun depan," ujar William saat dihubungi Liputan6.com.
Advertisement