Sukses

Bursa Asia Bergerak Beragam, Sektor Energi Pimpin Penguatan

Samsung Electronics naik 2,03 persen pada awal perdagangan sementara Hyundai Motor terhapus 1,95 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia bergerak beragam pada pembukaan perdagangan Rabu terakhir di tahun ini. Sebagian besar pelaku pasar saham mengabaikan pelemahan yang terjadi pada Wall Street.

Sementara, investor di Asia menunggu data perkembangan industri di China yang menjadi acuan untuk melihat pertumbuhan ekonomi dunia.

Mengutip CNBC, Rabu (27/12/2017), indeks Nikkei 225 Jepang naik tipis 0,07 persen setelah mendapat tekanan pada sesi sebelumnya.

Saham-saham di sektor otomotif menjadi pendorong penguatan indeks acuan di Jepang ini. Toyota menguat sebesar 0,06 persen.

Sementara, saham-saham di sektor energi juga berada di zona positif usai harga minyak menyentuh level tertinggi dalam dua tahun terakhir pada perdagangan Selasa kemarin.

Saham Inpex naik 1,88 persen dan Japan Petroleum Exploration naik 2,45 persen.

Di Korea Selatan, Indeks Kospi turun 0,41 persen. Saham-saham di sektor teknologi mengalami penguatan setelah sebelumnya didera aksi jual. Namun penguatan di sektor teknologi tersebut diimbangi oleh penurunan di sektor otomotif.

Samsung Electronics naik 2,03 persen pada awal perdagangan sementara Hyundai Motor terhapus 1,95 persen.

Di Australia, S&P/ASX 200 naik 0,13 persen didorong oleh saham-saham di sektor pertambangan terutama produsen emas.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Wall Street Tertekan

Wall Street tertekan pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) ini adalah saham-saham di sektor teknologi terutama saham Apple.

Mengutip Reuters, Rabu (27/12/2017), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 7,85 poin atau 0,03 persen menjadi 24.746,21. Indeks S&P 500 melemah 2,84 poin atau 0,11 persen menjadi 2.680,5. Sedangkan Nasdaq Composite turun 23,71 poin atau 0,34 persen ke level 6.936.25.

Dalam sebuah harian ekonomi di Taiwan dengan mengutip sumber tak dikenal, Apple akan menurunkan perkiraan penjuaan untuk telepon andalan mereka pada kuartal ini menjadi hanya 30 juta unit saja dari rencana awal yang mencapai 50 juta unit.

Laporan tersebut langsung mendapat tanggapan dari para pelaku pasar. Saham apple turun 2,5 persen dalam perdagangan sehari. Penurunan ini merupakan terburuk sejak 10 Agustus lalu.

"Ada berita soal Apple yang membuat kecemasan, mempengaruhi saham Apple sendiri dan tentu saja saham-saham teknologi lainnya," jelas Direktur Divisi NYSE O'Neil Securities di New York, Ken Polcari.

"Semula orang ingin menaruh dana mereka di saham Apple karena memang dari sektor teknologi mereka adalah pemain hebat," tambah dia.