Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menjalin kerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengembangkan industri pasar modal di daerah. Potensi investor di daerah cukup besar, tetapi belum tergarap dengan maksimal.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat menjelaskan, berdasarkan data OJK, ternyata 95 persen transaksi pasar modal terjadi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Adapun 5 persen sisanya tersebar di kota-kota besar di Pulau Jawa dan wilayah lainnya di Indonesia.
"Dari 5 persen itu transaksi terjadi setengahnya di berbagai kota besar di Jawa, semisal Bandung, Semarang, Surabaya. Setengah lagi berada di seluruh wilayah Indonesia (luar Jawa)," tuturnya di Gedung BEI, Kamis (29/12/2017).
Advertisement
Baca Juga
BEI melihat sebenarnya potensi investor pasar modal di daerah cukup besar. Namun, sayangnya tak banyak fasilitas untuk bertransaksi di daerah.
Oleh sebab itu, BEI berinisiatif untuk menjalin kerja sama dengan OJK untuk pengembangan pasar modal di daerah. Caranya dengan mempermudah pendirian perusahaan efek di berbagai daerah, yang berstatus sebagai perusahaan non-Anggota Bursa (AB).
Samsul menilai, perusahaan non-AB tersebut mungkin pendapatannya tidak begitu besar, tapi secara distribusi mereka bisa lebih menyeluruh dan menjangkau di daerah. "Intinya, kita hendak memperluas pasar ke seluruh wilayah di Indonesia," ujarnya.
"Hal ini juga membuka kesempatan bagi orang-orang yang memiliki modal di daerah untuk membuka perusahaan efeknya sendiri, dan tetap bekerja sama dengan perusahaan efek yang telah ada," tambahnya.
Keberadaan sekitar 300 galeri yang dibuka OJK di seluruh Indonesia juga turut mendukung ide tersebut. Diharapkan, langkah ini dapat meningkatkan kegiatan transaksi pasar modal secara nasional.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tepis Isu Investor Asing Keluar
Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menepis jika dana investor asing keluar dari pasar modal Indonesia. BEI mengklaim, investor asing tengah merealisasikan sebagian keuntungan di pasar modal Indonesia.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio menerangkan, kepemilikan saham investor asing hingga 19 Desember 2017 mencapai Rp 1.912 triliun. Angka tersebut lebih tinggi dibanding tahun 2016 yang mencapai Rp 1.691 triliun.
Keuntungan dari investasi saham pada tahun 2017 totalnya Rp 261 triliun. Kemudian, investor asing mengambil keuntungan dari investasi sebesar Rp 40 triliun.
Jadi, lanjutnya, investor asing masih memiliki keuntungan di pasar modal sebesar Rp 221 triliun.
"Asing tidak keluar di Indonesia. Betul, sampai 19 Desember mereka itu Rp 40 triliun kata-katanya net sell sebenarnya kalau dilihat dulu setiap asing jual turun. Tapi market cap uang yang mereka pegang tadi Rp 1.691 triliun sekarang Rp 1.912 triliun. Ini jual beli mereka masih untung Rp 221 triliun yang belum direalisasi," jelas dia di BEI Jakarta, Kamis (28/12/2017).
Dia menegaskan, dengan kondisi tersebut investor asing tidak cabut dari Indonesia. Menurutnya, investor tersebut hanya merealisasikan sebagian keuntungan di pasar modal.
Advertisement