Sukses

IHSG Berpeluang Lanjutkan Penguatan

Investor asing optimistis mendorong aksi beli pada perdagangan saham kemarin sehingga berdampak ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan menguat pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi memperkirakan IHSG akan berada pada support 6.324 dan resistance 6.415.

IHSG ditutup menguat kemarin. IHSG naik sebanyak 31,67 poin ke level 6.385,40. Laju IHSG ditopang saham pertambangan dan properti.

Lanjar mengatakan, penguatan sektor pertambangan ditopang oleh perbaikan harga minyak.

"Harga minyak yang terlihat kuat di atas US$ 61 per barrel menjadi trigger harga pertambangan energi lainnya dan prospek konstruksi dalam negeri yang dinilai baik pada tahun ini menjadi faktor penguatan," kata dia di Jakarta, Selasa (9/1/2018).

Investor asing tampak optimistis kemarin. Hal itu terlihat dari aktivitas beli bersih.

"Investor asing tercatat net buy Rp 331,88 miliar dengan saham ADRO, BBCA, dan UNTR yang ramai dikoleksi investor asing," ujar dia.

IHSG bergerak positif sejalan dengan bursa saham di Asia.  "Mata uang Korea Selatan menguat menjelang pertemuan Korea Selatan dan Korea Utara untuk pertama kalinya sejak 2015," uiar dia.

Lanjar merekomendasikan saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Adhi Karya Tbk (ADHI).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

IHSG Cetak Rekor Tertinggi Baru

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali catatkan level tertinggi pada awal 2018. Hal itu didorong sektor tambang dan konstruksi.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin 8 Januari 2018, IHSG naik 31,66 poin atau 0,50 persen ke posisi 6.385,40. Indeks saham LQ45 menguat 0,58 persen ke posisi 1.086. Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau.

Ada sebanyak 226 saham menguat sehingga dorong IHSG ke zona hijau. 134 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 117 saham lainnya diam di tempat. Pada awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.385,40 dan terendah 6.349,04.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 353.904 kali dengan volume perdagangan 12,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,4 triliun. Investor asing melakukan aksi beli Rp 323 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.421.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham kecuali sektor industri dasar turun 0,86 persen dan sektor saham manufaktur susut 0,01 persen. Sektor tambang naik 2,56 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi menguat 1,73 persen, dan sektor pertanian mendaki 1,22 persen.

Saham-saham catatkan top gainers antara lain saham DOID naik 12,74 persen ke posisi Rp 885, saham PSSI melonjak 12 persen ke posisi Rp 224, dan saham ADRO melonjak 8,54 persen ke posisi Rp 2.160 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham MABA turun 12,28 persen ke posisi Rp 500, saham CPIN tergelincir 8,61 persen ke posisi Rp 3.290 per saham, dan saham JPFA susut 3,96 persen ke posisi Rp 1.355 per saham.

Bursa Asia kompak menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,28 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,63 persen, indeks saham Shanghai menanjak 0,52 persen, indeks saham Singapura menguat 0,65 persen, dan indeks saham Taiwan naik 0,33 persen.

Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menuturkan, penguatan IHSG didorong sektor saham konstruksi dan batu bara. Akan tetapi, sektor saham konstruksi memainkan peranan cukup penting untuk gerak IHSG.

"Sektor konstruksi cukup lama performance kurang bagus selama satu tahun ini. Saat ini sudah mulai ada berita positif. Pada pertengahan bulan KAI dan Adhi Karya akan terima pembayaran, ini akan diikuti perusahaan lainnya. Jadi cash flow positif," jelas Aditya.

Ia menambahkan, penguatan IHSG juga didorong dari data ekonomi. Ini ditunjukkan dari data cadangan devisa mencapai US$ 130 miliar pada akhir 2017. Selain itu, data kepercayaan konsumen juga baik. "Ini cukup direspon positif investor terutama investor domestik," kata Aditya.