Sukses

Wall Street Tertekan Imbas Investor Khawatir terhadap China

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street cenderung tertekan dipengaruhi sentimen laporan China.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street cenderung tertekan. Hal itu didorong kekhawatiran investor seiring laporan China yang memperlambat pembelian obligasi pemerintah AS.

Selain itu juga sentimen Presiden AS Donald Trump juga ingin mengakhiri perjanjian perdagangan AS. Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones turun 16,67 poin atau 0,07 persen ke posisi 25.369,13. Indeks saham S&P 500 tergelincir 3,06 poin atau 0,11 persen ke posisi 2.748,23. Indeks saham Nasdaq susut 10,01 poin atau 0,14 persen ke posisi 7.153,57.

Laporan China sebagai pemegang terbesar obligasi pemerintah AS membuat investor khawatir. Lantaran China dikabarkan memperlambat pembelian obligasi. Sentimen itu juga mempengaruhi imbal hasil surat berharga AS. Indeks saham acuan S&P 500 turun usai laporan tersebut.

"Imbal hasil surat berharga AS juga tertekan seiring kabar China akan perlambat pembelian surat berharga AS," ujar Robert Pavlik, Chief Investment Strategist SlateStone Wealth seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (11/1/2018).

Indeks saham S&P 500 juga tertekan usai laporan Reuters menyebutkan Kanada semakin yakin Preisden AS Donald Trump akan mengumumkan kalau AS menarik diri dari perjanjian perdagangan Amerika Utara.

Sentimen laporan China membuat indeks saham S&P 500 dan Nasdaq melemah di wall street dari level tertinggi seiring kekhawatiran investor.

"Ini refleksi kekhawatiran investor. Ini juga sebagai antisipasi kalau bursa saham Amerika Serikat sudah meningkat dalam beberapa waktu ini. Pelaku pasar mulai mewaspadai terjadi koreksi," ujar Pavlik.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

2 dari 2 halaman

Selanjutnya: Sektor Saham yang Menguat

Pada perdagangan saham, sektor saham keuangan naik 0,8 persen didorong kenaikan saham Wells Fargo, Berkshire Hathaway, dan JP Morgan. Perusahaan asuransi dan bank sering naik diikuti imbal hasil obligasi seiring investor harap kenaikan keuntungan dari suku bunga yang tinggi.

Sektor saham sentitif dengan bunga yaitu utilitas dan properti menjadi sektor saham alami penurunan terbesar di antara 11 sektor saham masuk indeks S&P.

Saham Berkshire Hathaway pun naik 1,2 persen usai perseroan mempromosi dua pejabat tinggi. Saham Lennar Corp naik dua persen. Sementara itu, indeks saham Dow Jones untuk sektor transportasi naik 0,1 persen didorong saham United Continental menguat 0,7 persen.

Laporan China tersebut membuat dolar AS turun 0,2 persen. Sedangkan harga emas menguat ke level tertinggi dalam empat bulan.