Sukses

IHSG Mampu Bergerak Perkasa Selama Sepekan

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,9 persen selama sepekan didorong saham kapitalisasi kecil.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja positif selama sepekan. Penguatan IHSG ditopang dari saham-saham berkapitalisasi kecil mulai naik dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, Sabtu (20/1/2018), IHSG naik 1,9 persen selama sepekan dari posisi 6.370 pada 12 Januari 2018 menjadi 6.490 pada 19 Januari 2018. Penguatan IHSG didorong pelaku pasar yang melakukan rotasi saham ke saham berkapitalisasi kecil. Saham-saham kapitalisasi kecil naik sekitar 5,9 persen. Investor asing pun mencatatkan aksi beli mencapai US$ 166 juta di pasar saham selama sepekan.

Sementara itu, indeks obligasi hanya naik 0,4 persen secara sepekan. Imbal hasil surat utang pemerintah bertenor 10 tahun turun menjadi 6,19 persen. Aksi beli investor asing di pasar obligasi mencapai US$ 993 juta. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.316.

Ada sejumlah faktor pengaruhi pasar keuangan, baik dari sentimen eksternal dan internal. Dari eksternal, bursa saham Amerika Serikat (AS) catatkan rekor tertinggi baru didorong musim laporan keuangan. Bank of America dan US Bancorp juga bukukan keuntungan baik.

Amerika Serikat (AS) mencatatkan inflasi naik 2,1 persen pada Desember 2017. Angka ini di bawah harapan pasar di kisaran 2,2 persen. Turunnya harga bensin mempengaruhi inflasi. Namun, inflasi inti naik menjadi 1,8 persen. Penguatan inflasi inti didorong kenaikan biaya sewa rumah, perawatan kesehatan dan otomotif.

Selain itu, ada isu operasional pemerintahan AS akan berhenti. Hal ini mengingat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS menghentikan biaya belanja pemerintahan. Biaya tersebut akan hadapi tandingan di Senat.

Sementara itu, China catatkan pertumbuhan ekonomi 6,8 persen pada kuartal IV 2017. Sepanjang 2017, pertumbuhan ekonomi China mencapai 6,9 persen. Angka ini di atas target pemerintah 6,5 persen. Rata-rata pertumbuhan ekonomi China 9,66 persen dari 1989 hingga 2017. Tercatat angka tertinggi 15,40 persen pada kuartal I 1993 dan terendah 3,8 persen pada kuartal IV 1990.

Selain itu, regulator perbankan China juga akan meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan tak sehat, kebijakan makro ekonomi, shadow banking dan tingkat bunga kredit konsumen.

Dari sentimen dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mempertahankan 7 days reverse repo rate di kisaran 4,25 persen. Hal itu sesuai konsensus pasar kalau BI akan pertahankan suku bunga acuan.

Selain itu, Indonesia mencatatkan neraca perdagangan dengan defisit US$ 270 juta pada Desember 2017. Angka ini di bawah konsensus harapan pelaku pasar. Neraca perdagangan tercatat surplus mencapai US$ 11,8 miliar pada 2017. Ini tertinggi sejak 2011. Adapun ekspor tumbuh 6,9 persen secara year on year pada Desember dan impor 17,8 persen.

Lalu apa yang dicermati ke depan?

Ashmore mencermati saham-saham berkapitalisasi kecil dan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Saham berkapitalisasi kecil menunjukkan pemulihan pada tiga minggu pertama Januari 2018.

Dilihat valuasi ada jarak tinggi antara saham kapitalisasi kecil dan besar. Price earning (PE) untuk indeks MSCI small cap 11,6 kali, sedangkan PE IHSG di kisaran 18,5 kali. Aliran dana investor asing yang masuk ke bursa saham Indonesia juga menjadi salah satu pendorong penguatan IHSG sepekan. Ashmore melihat, IHSG berpeluang reli didorong aksi beli investor asing.

Ashmore juga melihat Bank Indonesia (BI) tak ada alasan intervensi nilai tukar rupiah. Hal itu mengingat nilai tukar rupiah saat ini cenderung menguat. Pemerintah akan menjaga harga energi hingga akhir 2018 dapat stabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

IHSG Tembus Level Tertinggi 6.490

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menembus rekor baru menjelang akhir pekan ini. IHSG berbalik arah ke zona hijau usai sempat melemah selama sesi perdagangan saham.

Pada penutupan perdagangan saham, Jumat, 19 Januari 2018, IHSG naik 18,22 poin atau 0,28 persen ke posisi 6.490,89. Indeks saham LQ45 menguat 0,12 persen ke posisi 1.100,19. Sebagian besar indeks saham acuan berturut-turut.

Ada 175 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sementara itu, 169 saham melemah sehingga menahan penguatan, sedangkan 130 saham lainnya diam di tempat.

Menjelang akhir pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.490 dan terendah 6.443. Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 335.574 kali dengan volume perdagangan 9,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 7,8 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 878,53 miliar di seluruh pasar. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat di posisi 13.309.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor pertanian turun 0,79 persen, sektor saham konstruksi tergelincir 0,34 persen, dan sektor saham keuangan turun 0,24 persen. Sektor saham industri dasar naik 0,92 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham tambang menanjak 0,90 persen dan sektor saham aneka industri menguat 0,79 persen.

Saham-saham yang catatkan penguatan terbesar, antara lain saham FINN naik 34,48 persen ke posisi Rp 156, saham MPPA melonjak 13,02 persen ke posisi Rp 486, dan saham GJTL mendaki 10,74 persen ke posisi Rp 825.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham IKAI melemah 9,52 persen ke posisi Rp 114, saham AISA merosot 7,32 persen ke posisi Rp 570, dan saham HOKI tergelincir 3,21 persen ke posisi Rp 350.

Bursa Asia kompak menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,41 persen, indeks saham Korea Selatan menanjak 0,18 persen, indeks saham Jepang Nikkei menguat 0,19 persen, indeks saham Shanghai mendaki 0,38 persen, indeks saham Singapura menguat 0,73 persen dan indeks saham Taiwan menguat 0,72 persen.

Analis PT Asjaya Indosurya Sekuritas, William Suryawijaya mengatakan, IHSG cenderung konsolidasi wajar usai alami penguatan selama tiga hari berturut-turut. Selain itu, pelaku pasar juga menanti rilis laporan keuangan pada 2017. William menambahkan, saat ini juga cenderung sepi sentimen.

Adapun pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang menguat topang IHSG. "IHSG tidak terlalu dalam turun kaarena nilai tukar rupiah juga menopang," kata dia.