Sukses

Investor Cermati Perkembangan AS, Bursa Asia Tertekan

Pemerintah Amerika Serikat (AS) tutup terutama layanan publik akan mempengaruhi bursa saham Asia selama sepekan.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia melemah pada perdagangan saham awal pekan ini seiring pelaku pasar memperhatikan perkembangan politik Amerika Serikat (AS). Apalagi usai pemerintah AS tutup mulai pekan lalu.

Pada awal pekan ini, indeks saham Jepang Nikkei bergerak mendatar di awal perdagangan. Sejumlah sektor pengaruhi laju indeks saham Nikkei. Saham masuk sektor otomotif cenderung bervariasi dengan saham Toyota turun 0,66 persen.

Sementara itu, Mitsubishi Motors naik 1,04 persen. Sektor saham teknologi bergerak menguat dengan saham Sony naik 1,09 persen dan Softbank Group menanjak 0,71 persen.

Indeks saham Korea Selatan Kospi tergelincir 0,54 persen. Hal itu dibebani saham Samsung Electronics yang merosot 2,11 persen di awal perdagangan. Saham teknologi lainnya yaitu saham SK Hynix turun 1,77 persen dan saham LG Display merosot 0,49 persen.

Selain itu, sektor saham manufaktur, keuangan dan ritel cenderung tertekan. Saham Posco melemah 2,72 persen dan saham Lotte Shopping susut 0,43 persen.

Bursa saham Australia turun 0,07 persen di awal sesi perdagangan. Sektor saham keuangan susut 0,51 persen sehingga menekan indeks saham. Sedangkan saham Commonwealth Bank melemah 1,1 persen.

Di pasar uang, dolar AS ditransaksikan di kisaran 110,70 terhadap yen. Indeks dolar AS berada di kisaran 90,52 terhadap enam mata uang utama lainnya. Euro pun menguat usai partai Sosial Demokrat Jerman setuju koalisi dengan konselr Angela Merkel.

Adapun pemerintah AS tutup atau shutdown menjadi perhatian investor pada pekan ini di bursa saham Asia. Layanan publik AS tutup pada hari kedua. Meski demikian, ada kemajuan mengingat anggota partai Republik bersatu untuk mengakhiri kebuntuan dengan mengajak pemecahan masalah bersama dengan partai Demokrat.

"Penutupan pemerintah AS tampaknya akan mendominasi perhatian pasar pada pekan ini. Kemungkinan akan banyak hasilkan kebisingan, namun tidak akan menekan," tulis laporan ANZ, seperti dikutip dari laman CNBC, Senin (22/1/2018).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Wall Street Menguat di Akhir Pekan Lalu

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street akhirnya mampu kompak menguat menjelang akhir pekan. Penguatan wall street terdorong sektor saham konsumsi.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 53,71 poin atau 0,21 persen ke posisi 26.071,52. Indeks saham S&P 500 mencatatkan penguatan 12,28 poin atau 0,44 persen ke posisi 2.810,31. Sedangkan indeks saham Nasdaq bertambah 40,33 poin atau 0,55 persen ke posisi 7.336,38.,

Sebelumnya, indeks saham S&P 500 dan Nasdaq sempat membukukan penguatan tertinggi sedangkan Dow Jones melemah didorong saham IBM.

Secara mingguan, indeks saham Dow Jones naik 1,04 persen, indeks saham S&P 500 menguat 0,86 persen dan indeks saham Nasdaq bertambah 1,04 persen.

Saham Philip Morris, Nike, dan Home Depot naik 1,5 persen-4,8 persen. Hal ini didorong pernyataan analis yang memperkirakan pajak lebih rendah dapat meningkatkan pendapatan perseroan.

Sedangkan saham IBM dan American Express bebani indeks saham Dow Jones. Predfiksi laba bersih mengecewakan sepanjang tahun menjadi sentimen negatif untuk kedua saham tersebut. Saham IBM melemah empat persen. Sedangkan American Express tergelincir 1,8 persen.

"Kami telah melihat perkiraan kinerja pada 2018 sehingga memberikan sejumlah kekuatan fundamental yang dimiliki pasar saham," ujar Bill Northey, Wakil Presiden Direktur US Bank Wealth Management, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu 20 Januari 2018.

Adapun sembilan dari 11 sektor saham mencatatkan penguatan lebih tinggi. Indeks sektor saham barang konsumsi membukukan penguatan tertinggi 0,9 persen.

Senat AS juga berpacu mencegah berhentinya operasional pemerintahan AS menjelang batas waktu tanpa kesepakatan. Meski DPR memperpanjang pendanaan hingga 16 Februari, Rancangan Undang-Undang (RUU) anggaran pun hampir runtuh di senat.

"Pasar tampaknya melihat peristiwa ini tidak penting meski ada sedikit kenaikan volatilitas dalam beberapa hari terakhir," kata Northey.

Chief Executive E-Valuator Funds Kevin Miller menuturkan, pasar juga sedikit gugup dengan potensi penghentian operasional pemerintahan AS. Namun, kinerja keuangan menjadi sentimen positif. "Dari perspektif jangka panjang, pendapatan perusahaan masih kuat, dan perusahaan terlibat akan ambil manfaat dari reformasi pajak," ujar dia.

Sementara itu, harga minyak turun lebih dari satu persen lantaran kenaikan kembali produksi AS yang sebanding dengan penurunan persediaan minyak mentah.

Volume perdagangan saham di wall street tercatat 6,82 miliar saham. Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata 6,32 miliar saham selama 20 hari perdagangan terakhir.