Sukses

Bursa Asia Bergerak Campuran, Dolar AS Melemah

Indeks Nikkei 225 Jepang tergelincir 0,42 persen setelah menyentuh level tertinggi dalam 26 tahun pada perdagangan Selasa kemarin.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia bergerak campuran pada perdagangan Rabu pekan ini. Wall Street Ditutup menguat karena investor Amerika Serikat (AS) memberikan sentimen positif kepada laporan keuangan emiten.

Mengutip CNBC, Rabu (24/1/2018), indeks Nikkei 225 Jepang tergelincir 0,42 persen setelah menyentuh level tertinggi dalam 26 tahun pada perdagangan Selasa kemarin.

Penurunan tersebut terjadi karena nilai tukar yen melemah terhadap dolar AS sehingga perusahaan yang berorientasi ekspor tertekan.

Saham-saham dari produsen otomotif, sektor keuangan dan manufaktur mengalami tekanan yang cukup dalam. Namun sektor konsumsi mengalami penguatan.

Dolar AS tergelincir jauh ke 110.15 per yen karena keluarnya data perdagangan ekspor-impor. Sebelumnya dolar AS menguat ke 111,7 per yen setelah Bank Sentral Jepang mempertahankan kebijakan moneter.

Menurut Reuters, data yang dirilis pada Rabu ini menunjukkan bahwa ekspor Jepang naik 9,3 persen pada Desember lalu jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Namun angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan perkiraan analis yang ada di angka 10,1 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 4 halaman

Korea Selatan dan Australia

Beralih ke Korea Selatan. Indeks Patokan Kospi naik 0,37 persen. Sektor teknologi bergerak campuran di awal perdagangan. Samsung Electronics dan SK Hynix masing-masing naik 0,77 persen dan 1,96 persen. LG Electronics turun 1,83 persen.

Sementara untuk saham-saham produsen mobil dan keuangan diperdagangkan sedikit tertekan.

Di Sydney Australia, indeks acuan S&P/ASX 200 naik tipis 0,1 persen. Sebagian besar sektor menguat kecuali industri dasar dan juga telekomunikasi.

Saham-saham perbankan menguat dengan kenaikan tertinggi dicatatkan oleh Westpac yang menguat 0,49 persen.

 

3 dari 4 halaman

Agenda Proteksionis AS

Sedangkan untuk saham-saham di sektor pertambangan mengalami tekanan. Rio Tinto turun 0,91 persen dan BHP turun tipis 0,62 persen.

Sementara itu, pelaku pasar cukup khawatir dengan aksi yang dilakukan oleh Presiden AS Donald Trump. Negara tersebut memberlakukan bea masuk tinggi untuk impor mesin cuci dan panel surya.

Keputusan yang tak disangka-sangka tersebut muncul usai keluarnya temuan dari Komisi Perdagangan Internasional AS (ITC) yang menyatakan bahwa kedua produk impor tersebut menyebabkan kerugian yang cukup besar pada produsen lokal.

Korea Selatan mengindikasikan pada hari Selasa bahwa pihaknya akan mengangkat masalah ini dengan Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO).

"Di luar kemunduran negara tersebut dari Trans Pasifik, langkah ini merupakan realisasi yang sangat nyata pada retorika proteksionis," tulis ANZ Research dalam sebuah catatan.

"Pertanyaan selanjutnya seberapa jauh proeksionis ini akan berjalan," kata kepala ekonom ANZ Richard Yetsenga.

4 dari 4 halaman

Wall Street Menguat

Wall Street ditutup di zona positif pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Saham Netflix mendorong indeks acuan S&P 500 dan Nasdaq Composite bergerak di zona hijau. Sedangkan saham Johnson & Johnson menahan penguatan Dow Jones.

Mengutip Reuters, Rabu (24/1/2018), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 3,79 poin atau 0,01 persen menjadi 26.210,81. S&P 500 menguat 6,17 poin atau 0,22 persen menjadi 2.839,14. Sedangkan Nasdaq Composite menambah 52,26 poin atau 0,71 persen menjadi 7.460,29.

Saham Netflix menyentuh level tertinggi di US$ 257,71 dalam perdagangan intraday dan akhirnya ditutup di angka US$ 250,29 atau menguat hampir 10 persen. Shaam perusahaan yang menyediakan layanan teknologi ini mampu menembus kapitalisasi pasar US$ 100 miliar.

Pendorong kenaikan saham Netflix ini karena kinerja perusahaan yang sangat baik ada akhir 2017 lalu. Pelopor video streaming ini mampu menembus target para pelaku pasar dalam mengumpulkan pelanggan baru di kuartal IV kemarin.