Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengalami tekanan sepanjang sesi pertama perdagangan saham Selasa pekan ini. Morgan Stanley Capital International Index (MSCI) mengeluarkan saham PT Blue Bird Tbk dari jajaran indeks saham MSCI Indonesia dinilai jadi sentimen negatif.
Berdasarkan data RTI, Selasa (13/2/2018), saham PT Blue Bird Tbk susut 2,48 persen atau 90 poin menjadi Rp 3.540 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 244 kali dengan nilai transaksi Rp 890,6 juta.
"Saham Blue Bird tertekan karena keluar dari MSCI Index," ujar Kepala Riset PT Ekuator Swarna Sekuritas, David Sutyanto, saat dihubungi Liputan6.com.
Advertisement
Kepala Riset PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menuturkan, keluarnya saham PT Blue Bird Tbk dari indeks saham MSCI paling berpengaruh terhadap gerak saham Blue Bird pada Selasa pekan ini. Sebelumnya, menurut Alfred, saham PT Blue Bird Tbk mendapatkan sentimen negatif dari laporan sektor transportasi dan properti dinilai belum pulih.
Baca Juga
"Keluarnya dari indeks saham MSCI itu paling besar pengaruhnya. Kemarin juga ada kabar kalau Go-Jek membantah membeli saham Blue Bird. Padahal, saham Blue Bird sempat positif dengan kabar Go-Jek beli saham Blue Bird," ujar Alfred.
Alfred menambahkan, saham Blue Bird keluar dari indeks saham MSCI membuat para manajer investasi melakukan rebalancing portofolio investasi saham yang dimiliki. "Jadi manajer investasi yang portofolionya sesuai dengan indeks saham MSCI akan keluarkan saham Blue Bird," kata dia.
Alfred menuturkan, MSCI mempertimbangkan sejumlah hal dengan mengeluarkan saham Blue Bird. Salah satunya likuiditas saham. Alfred menilai, likuiditas saham Blue Bird turun signifikan menjadi di bawah Rp 5 miliar per hari. "Indeks MSCI selain melihat kinerja juga melihat likuiditas," ujar Alfred.
Seperti diketahui, MSCI mengeluarkan daftar terbaru MSCI Global Small Cap Indexes pada Februari 2018. Daftar MSCI Global Small Cap Indexes tersebut merangkap dari kawasan Asia Pasific, antara lain Malaysia, Indonesia, China, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Salah satunya saham PT Blue Bird Tbk yang dikeluarkan dari MSCI Global Small Capi Indexes.
Selain itu, PT Blue Bird Tbk (BIRD) juga membantah kabar akan menjual sebagian sahamnya kepada investor strategis yang disebut-sebut Go-Jek. "Sampai sekarang tidak ada transaksi yang dimaksud," ujar Direktur PT Blue Bird Adrian Djokosoetono saat dihubungi Liputan6.com.
Sebelumnya, PT Blue Bird Tbk sudah bekerja sama dengan Go-Jek Indonesia. Salah satunya dengan meluncurkan fitur Go-Blue Bird dalam aplikasi Go-Jek. Fitur tersebut diresmikan pada 30 Maret 2017.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BTN Masuk Jajaran Indeks Saham Global
Sebelumnya, Morgan Stanley Capital International (MSCI) kembali rebalancing atau mengubah isi portofolio saham yang menjadi pembentuk perhitungan indeks MSCI. Rebalancing saham tersebut berlaku mulai 30 November 2017.
MSCI pun kembali memasukkan saham-saham asal Indonesia ke indeks MSCI global standard dan indeks MSCI global small cap. Selain itu, juga ada saham-saham yang dihapus dalam indeks saham MSCI. Demikian mengutip dari indeks MSCI review, Selasa, 14 November 2017.
Ada satu saham asal Indonesia yang masuk indeks MSCI Global Standard, dan tiga saham dihapus. Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) masuk dalam jajaran indeks saham global, yaitu indeks MSCI Global Standard, sedangkan saham-saham yang dihapus antara lain saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).
Adapun dalam jajaran indeks MSCI global small cap antara lain ada tujuh saham yang masuk jajaran indeks global tersebut, dan tujuh saham dihapus. Saham-saham yang masuk indeks saham jajaran global itu antara lain saham PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP), PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), PT Sentul City Tbk (BKSL), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS).
Sedangkan saham-saham yang dihapus antara lain PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), dan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA).
"Saham emiten masuk jajaran indeks MSCI melihat dari volume dan transaksi harian saham. Selain itu, juga prospek ke depan itu jadi pertimbangan," ujar Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya saat dihubungi Liputan6.com.
Advertisement