Sukses

Bursa Asia Menguat Imbas Kekhawatiran Perang Dagang Mereda

Penguatan bursa saham Asia didorong kekhawatiran investor mereda terhadap ancaman perang dagang.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia mampu menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Ini seiring kekhawatiran tentang  perang dagang mereda di tengah kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenakan  tarif impor baja dan aluminium.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,2 persen yang dipimpin bursa saham Korea Selatan. Hal ini karena ada sinyal ketegangan antara Korea Utara dan Selatan mereda. Indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,36 persen.

Penguatan indeks saham juga terjadi di bursa saham Jepang. Indeks saham Jepang Nikkei naik satu persen. Di bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street, indeks saham cenderung variasi. Indeks saham S&P 500 melemah 0,05 persen ke posisi 2.726,8 usai hampir turun satu persen.

Pelemahan indeks saham S&P 500 di wall street menjadi terbatas usai Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan kepada media, kalau rencana pengenaan tarif impor baja tidak berlaku ke Kanada, dan Meksiko serta negara lain.

"Kekhawatiran tentang tarif AS seharusnya mereda hari ini menyusul komentar dari Gedung Putih. Namun masalah akan terus bertahan di pasar. Investor perlu melihat secara tepat langkah apa yang akan diambil Trump dan tindakan pembalasan yang akan dilakukan negara lain dalam beberapa hari mendatang," jelas Senior Strategist Sumitomo Mitsui Asset Management, Masahiro Ichikawa seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (8/3/2018).

Berdasarkan sumber, Trump diperkirakan menandatangani yang menetapkan tarif dalam sebuah upacara yang dijadwalkan pada pukul 20.30 GMT Kamis waktu setempat. 

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Di pasar uang, dolar AS cenderung stabil terhadap mata uang utama lainnya. Euro diperdagangkan di US$ 1,2411 usai berada di posisi US$ 1,2447.

Bank sentral Eropa hampir pasti tidak mengubah kebijakan pada pertemuan Kamis ini. Namun, Bank sentral Eropa diperkirakan memberi petunjuk untuk mengakhiri pembelian obligasi yang belum pernah terjadi sebelumnya akhir tahun ini.

Di pasar komoditas, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April melemah 2,3 persen. Hal itu termasuk penurunan terbesar sejak 9 Februari. Sementara itu, di pasar Asia, harga minyak naik 0,2 persen.