Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah sepanjang perdagangan saham Selasa pekan ini. Aksi jual investor melanda bursa saham menekan IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (13/3/2018), IHSG susut 87,84 poin atau 1,35 persen ke posisi 6.412,84. Indeks saham LQ45 tergelincir 1,7 persen. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.
Ada sebanyak 241 saham tertekan sehingga mendorong IHSG ke zona merah. Sedangkan 123 saham diam di tempat. 108 saham menguat. Pada Selasa pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.501,13 dan terendah 6.399,39.
Advertisement
Baca Juga
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 386.672 kali dengan volume perdagangan 11,7 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 8,7 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 700,31 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.742.10 sektor saham kompak tertekan.
Sektor saham barang konsumsi alami penurunan tajam sebesar 2,35 persen. Disusul sektor saham infrastruktur tergelincir 2,1 persen dan sektor saham manufaktur merosot 1,97 persen.
Di tengah pelemahan IHSG, ada sejumlah saham menguat antara lain saham DYAN naik 22,22 persen ke posisi Rp 88, saham PSSI melonjak 12,41 persen ke posisi Rp 163 per saham, dan saham PNBS naik 11,76 persen ke posisi Rp 95.Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham TRAM tergelincir 4,66 persen ke posisi Rp 368, saham GGRM susut 4,18 persen ke posisi Rp 73.900, dan saham PGAS merosot 3,97 persen ke posisi Rp 2.420 per saham.
Di bursa Asia, sebagian besar indeks saham acuan bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,02 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menanjak 0,42 persen, indeks saham Jepang Nikkei menguat 0,66 persen, indeks saham Singapura mendaki 0,30 persen, dan indeks saham Taiwan naik 0,85 persen.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Penyebab IHSG Merosot 1,35 Persen
Analis menilai penurunan IHSG itu masih wajar. Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, minimnya sentimen positif dari domestik ditambah harapan dari pelaku pasar terhadap rendahnya tingkat inflasi di Amerika Serikat (AS) mendorong IHSG melemah.
"Penurunan IHSG masih wajar," ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com.
Sementara itu, dalam laporan Ashmore Asset Management Indonesia menyebutkan saham-saham unggulan cenderung tertekan didorong saham konsumsi. IHSG bergerak tanpa arah. Diperkirakan penurunan IHSG lantaran kemungkinan S&P belum akan menaikkan peringkat Indonesia dalam 12-24 bulan ke depan. Akan tetapi, penurunan IHSG masih wajar.
Dalam laporan Ashmore Assets Management Indonesia juga menyebutkan kalau fokus investor pada pekan ini yaitu neraca perdagangan yang dirilis pada Kamis pekan ini. Diperkirakan defisit mencapai US$ 670 juta. Rilis neraca perdagangan tersebut akan pengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Kami masih melihat ada kejutan mengingat harga batu bara dan nikel naik dalam enam bulan terakhir," tulis Ashmore.
Selain itu, rupiah pun diperkirakan di kisaran 13.700-13.800 per dolar AS. Hal ini didorong aliran dana investor asing yang masuk ke Indonesia dengan pembelian obligasi. Sepanjang Maret ini, investor asing memang melakukan aksi jual dengan rata-rata imbal hasil 6,6-6,7 persen.
"Kami mempertimbangkan obligasi bertenor 10 tahun dengan imbal hasil tujuh persen bisa beli," tulis laporan Ashmore.Dari eksternal, kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) masih pengaruhi pasar. Diperkirakan ada kenaikan suku bunga pada pertemuan bank sentral AS pada Maret ini.
Advertisement