Sukses

Nusantara Infrastructure Jual Bisnis Menara ke Protelindo

PT Sarana Menara Nusantara Tbk melalui anak usahanya Protelindo membeli 1,3 miliar saham PT Komet Infra Nusantara.

Liputan6.com, Jakarta - PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), emiten bergerak di sektor jasa telekomunkasi melalui anak usahanya PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) membeli 1,3 miliar saham PT Komet Infra Nusantara (KIN) yang dimiliki PT Telekom Infranusantara.

PT Telekom Infranusantara merupakan anak usaha dari PT Nusantara Infrastructure Tbk (META). Kedua perseroan telah menandatangani sale and purchase agreement (SPA) pada 22 Maret 2018. Nilai transaksi pembelian saham KIN tersebut sekitari Rp 1,05 triliun.

Sekretaris Perusahaan PT Nusantara Infrastructure Tbk, Dahlia Evawani menuturkan, perseroan akan kehilangan pengendalian atas KIN usai pelaksanaan transaksi. Selanjutnya, laporan keuangan KIN tidak akan dikonsolidasikan dengan perseroan.

“Pelaksanaan transaksi ini tidak akan mempengaruhi kelangsungan usaha perseroan,” ujar Dahlia dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti ditulis Senin (26/3/2018).

Ia menambahkan, perseroan akan peroleh tambahan pendanaan untuk perkuat arus kas dan modal perseroan. Dana tersebut dapat digunakan untuk pengembangan dan investasi di bidang lainnya.Seperti diketahui, PT Nusantara Infrastructure Tbk menggenggam langsung 99,99 persen saham PT Telekom Infranusantara.  Sedangkan perseroan secara tidak langsung genggam 79,64 persen saham PT Komet Infra Nusantara.

Sementara itu, Wakil Direktur Utama PT Sarana Menara Nusantara Tbk, Adam Gifari mengatakan, pembelian saham menara milik Nusantara Infrastruktur tersebut menambah jumlah menara perseroan.

“Tower kami naik sembilan persen dari 14.800 menjadi sekitar 16.200,” ujar Adam lewat pesan singkat yang diterima Liputan6.com.

Ia menuturkan, dana pembelian saham KIN berasal dari utang dan dana internal.

 

2 dari 2 halaman

Kinerja Nusantara Infrastructure

PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 59,63 persen dari Rp 95,88 miliar pada 2016 menjadi Rp 38,70 miliar pada 2017.

Pendapatan perseroan susut 19,74 persen dari Rp 986,83 miliar pada 2016 menjadi Rp 792,01 miliar pada 2017. Beban perseroan turun menjadi Rp 274,77 miliar pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 501,51 miliar.Hal itu membuat laba bruto naik tipis menjadi Rp 517,23 miliar pada 2017 dari periode 2016 sebesar Rp 485,31 miliar.

Perseroan membukukan kenaikan beban umum dan administrasi dari Rp 161,77 miliar pada 2016 menjadi Rp 172,21 miliar pada 2017. Perseroan mencatatkan rugi usaha lainnya menjadi Rp 24,36 miliar pada 2017.

Laba usaha turun tipis menjadi Rp 320,65 miliar pada 2017. Hal itu mendorong laba per saham dasar turun menjadi 2,54 pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya 6,29.Total liabilitas perseroan tercatat Rp 2,78 triliun pada 31 Desember 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,75 triliun. Jumlah ekitas tercatat Rp 2,53 triliun pada 2017.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: