Liputan6.com, Jakarta - PT Surya Internusa Semesta Tbk (SSIA) mencatatkan laba naik tajam sepanjang 2017. Hal itu didorong penjualan kepemilikan saham di tol Cikopo-Palimanan (Cipali).
Mengutip laporan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti ditulis Kamis (4/4/2018), PT Surya Internusa Semesta Tbk mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 1.786,35 persen menjadi Rp 1,17 triliun pada 2017. Perseroan mencatatkan laba Rp 62,46 miliar pada 2016.
“Kenaikan laba tercatat pendapatan dari hasil penjualan investasi jangka panjang tol Cikopo-Palimanan dengan kepemilikan 20,5 persen sebesar Rp 1,64 triliun,” tulis manajemen PT Surya Internusa Semesta Tbk.
Advertisement
Baca Juga
Laba naik tajam tersebut tak diikuti pendapatan. Perseroan membukukan pendapatan turun 13,76 persen menjadi Rp 3,27 triliun pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,79 triliun.
Penurunan pendapatan lantaran pendapatan dari unit properti dan konstruksi masing-masing turun 37,4 persen dan 12 persen pada 2017.
Pendapatan dari usaha properti sebagian besar diperoleh dari penjualan kawasan industri, jasa pemeliharaan, dan komersial tercatat Rp 412,5 miliar atau turun 37,4 persen secara year on year (YoY).
Sedangkan dari unit konstruksi turun 12,6 persen menjadi Rp 2,16 triliun pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,47 triliun.
Beban langsung perseroan turun 11,64 persen menjadi Rp 2,41 triliun pada 2017. Hal itu mendorong laba bruto merosot 19,17 persen menjadi Rp 863,93 miliar.
Perseoran mencatatkan pendapatan lainnya naik menjadi Rp 1,82 triliun pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 48,02 miliar. Selain itu, laba entitas ventura bersama naik menjadi Rp 19,01 miliar pada 2017 dari periode 2016 sebesar Rp 3,14 miliar.
Dengan melihat kondisi itu, laba per saham dasar dan dilusi naik menjadi 252,39 pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya 13,38.
PT Surya Internusa Semesta Tbk mencatatkan total aset menjadi Rp 8,85 triliun pada 2017 dari periode 2016 sebesar Rp 7,19 triliun. Liabilitas perseroan naik tipis 0,4 persen menjadi Rp 4,37 triliun pada 2017. Perseroan kantongi kas Rp 1,14 triliun pada 31 Desember 2017.
Grup Astra Akuisisi Tol Cipali
Sebelumnya, PT Surya Internusa Semesta Tbk (SSIA), perseroan bergerak di bidang pengembangan kawasan industri melalui anak usahanya PT Karsa Sedaya Sejahtera (KSS) dan PT Nusa Raya Cipta (NRC) menjual saham PT Baskhara Utama Sedaya (BUS) kepada grup Astra yaitu PT Astratel Nusantara.
Selain itu transaksi juga atas hak kepentingan yang dimiliki KSS terhadap BUS dan PT Lintas Marga Sedaya, entitas anak dari BUS yang 45 persen sahamnya dimiliki oleh BUS. KSS dan PT Astratel telah menandatangani Perjanjian jual beli bersyarat sehubungan hak-hak tertentu dalam BUS dan LMS pada 26 Januari 2017.
Pelaksanaan rencana penjualan hak-hak KSS itu masih bergantung pada kondisi sesuai perjanjian jual beli bersyarat. Ada pun nilai transaksi penjualan tersebut sekitar Rp 2,34 triliun.
"Divestasi hak atas saham-saham dalam BUS dan kepentingan utang yang dimiliki KSS terhadap BUS serta LMS untuk dapat memperoleh modal tambahan guna buka peluang investasi baru. Penggunaan dana hasil transaksi ini belum ditentukan," ujar Wakil Direktur Utama PT Surya Internusa Semesta Tbk Eddy Purwana dalam keterbukaan informasi BEI, Senin 30 Januari 2017.
Selain itu, anak usaha perseroan lainnya PT Nusa Raya Cipta (NRC) juga menjual saham BUS secara bersama-sama dengan rencana penjualan hak-hak KSS kepada Astratel. Nilai transaksinya mencapai Rp 223 miliar. Baik KSS dan NRC tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Astratel.
Eddy mengatakan, adanya transaksi anak usaha PT Surya Internusa Semesta Tbk yaitu KSS dan NRC untuk mengembangkan bisnisnya sehingga dapat meningkatkan dividen yang diterima oleh Perseroan. Hal ini diharapkan memberi dampak positif terhadap kondisi keuangan Perseroan.
Perseroan pun akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk melaksanakan transaksi itu. Mengingat rencana transaksi memiliki nilai lebih dari 50 persen ekuitas Perseroan berdasarkan laporan keuangan perseroan pada 30 September 2016. Transaksi itu masuk dalam transaksi material sebagaimana diatur dalam peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.E.2 tentang transaksi material, dan perubahan kegiatan usaha utama.
Seperti diketahui, PT Bhaskara Utama Sedaya (BUS) memiliki saham PT Lintas Marga Sedaya sebesar 45 persen. BUS sendiri dimiliki bersama grup Saratoga sebesar 40 persen dan PT Surya Semesta Internusa Tbk sebesar 60 persen. PT Lintas Marga Sedaya ini sebagai pemegang konsesi ruas tol Cikopo-Palimanan (Cipali).
Sebelumnya Astratel telah genggam saham BUS melalui PT Interra Indo Resources. Interra Indo Resources ini merupakan kepemilikan grup Saratoga sebesar 40 persen di BUS. Dengan 40 persen saham BUS itu, Astratel efektif memiliki 18 persen saham LMS. Ruas tol Cipali memiliki panjang 116,75 KM. Tol ini beroperasi penuh sejak Juni 2015 dengan periode konsesi hingga 21 Juli 2041.
Astratel memiliki enam ruas jalan tol melalui kepemilikan saham secara langsung ataupun tidak langsung di enam perusahaan. Kepemilikan itu antara lain PT Marga Mandalasakti yang mengoperasikan tol Tangerang–Merak (72,45 km), Marga Harjaya Infrastruktur yang memiliki konsesi tol Jombang–Mojokerto (40,5 km), dan Marga Trans Nusantara yang mengoperasikan tol Kunciran–Serpong (11,2 km).
Selain itu, Trans Marga Jateng yang mengelola tol Semarang–Solo (72,6 km), Trans Bumi Serbaraja yang memiliki konsesi tol Serpong–Balaraja (30 km), dan Lintas Marga Sedaya di ruas tol Cikopo–Palimanan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement