Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia dibuka melemah pada pembukaan perdagangan Rabu ini. Pelemahan bursa saham di Asia ini mengikuti Wall Street yang juga tertekan pada penutupan perdagangan Selasa.
Mengutip CNBC, Rabu (25/4/2018), Nikkei 225 Jepang turun 0,5 persen sedangkan Topix turun 0,47 persen.
Saham Takeda Pharmaceutical turun 5,73 persen setelah adanya berita penawaran akuisisi oleh perusahaan yang terdaftar di London Shire.
Advertisement
Baca Juga
Di Korea Selatan, Indeks acuan Kospi turun 0,72 persen. Sedangkan pasar saham Australia dan Selandia Baru turun karena libur nasional.
Di mata uang, indeks dolar AS yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap sekeranjang mata uang diperdagangkan pada level 90,813 pada pagi ini. Indeks ini naik dari perdagangan sebelumnya yang ada di angka 90.
Sedangkan yen Jepang diperdagangkan di angka 108,93 terhadap dolar AS. Sementara euro di angka USD 1,2228.
Harga minyak jatuh karena kekhawatiran akan adanya sanksi AS terhadap Iran memudar. Presiden AS Donald Trump pada Selasa kemarin mengatakan bahwa AS telah berhasil membuat kesepakatan dengan Prancis mengenai perjanjian nuklir Iran.
Wall Street Turun Tajam
Wall Street tertekan cukup dalam pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Penyebab pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) ini karena kekhawatiran membengkaknya biaya perusahaan akibat kenaikan imbal hasil obligasi AS ke level 3 persen.
Kenaikan imbal hasil obligasi AS berjangka waktu 10 tahun tersebut menjadi patokan bunga obligasi perusahaan sehingga dengan kenaikan ke level tertinggi untuk pertama kaliny adalam empat tahun ini juga bisa mendongkrak biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang telah menerbitkan surat utang.
Mengutip Reuters, Rabu (25/4/2018), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 424,56 poin atau 1,74 persen menjadi 24.024,13. Indeks S&P 500 kehilangan 35,73 poin atau 1,34 persen menjadi 2.634,56. Sedangkan Nasdaq Composite turun 121,25 poin atau 1,7 persen menjadi 7.007,35.
Indeks S&P 500 dan Dow Jones jatuh paling dalam dalam dua setengah minggu dan Dow Jones Industrial Average turun untuk hari kelima berturut-turut.
Kenaikan imbal hasil surat utang pemerintah berjangka waktu 10 tahun menjadi sengatan yang cukup tajam bagi bursa saham AS. Alasannya, imbal hasil obligasi tersebut menjadi patokan bunga obligasi dari perusahaan-perusahaan.
Kenaikan imbal hasil itu menjadi kombinasi yang cukup komplek dengan kekhawatiran akan inflasi, peningkatan pasokan utang dan juga kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).
"Dalam sembilan tahun rezim bunga rendah dan kini mulai keluar membuat biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan menjadi lebih mahal," jelas analis Bruderman Asset Management, New York, AS, Oliver Pursche.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement