Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia dibuka bervariasi pada perdagangan Rabu pekan ini. Beberapa negara kembali memulai perdagangan Usai libur.
Mengutip CNBC, Rabu (2/5/2018), Indeks Nikkei 225 Jepang turun tipis 0,14 persen. Sedangkan indeks Topix juga mencatatkan pelemahan tipis dengan turun 0,23 persen. Sektor pertambangan memimpin pelemahan pada perdagangan hari ini.
Di Korea Selatan, indeks Kospi tergelincir 0,1 persen.
Advertisement
Baca Juga
Untuk indeks S&P/ASX 200 Australia melawan tren penurunan dengan naik 0,16 persen didorong oleh sektor industri dan teknologi. Untuk sektor keuangan menjadi beban terberat gerak pasar saham di Australia ini.
Gerak bursa Asia ini seirama dengan penutupan Wall Street semalam. Indeks acuan S&P 500 naik 6,75 poin atau 0,25 persen menjadi 2.654,8 dan Nasdaq Composite menambahkan 64,44 poin atau 0,91 persen menjadi 7.130,70.
Berbeda, Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 64,1 poin atau 0,27 persen menjadi 24.099,05.
Untuk dolar AS mampu mempertahankan penguatan jepang pertemuan Bank Sentral AS pada Mei ini. indeks dolar yang merupakan indeks nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia diperdagangkan di angka 92,489 pada pukul 8.13 waktu Singapura.
Sebagian besar analis memperkirakan bahwa Bank Sentral AS akan mempertahankan suku bunga pada bulan ini.
Wall Street Bervariasi
Wall Street ditutup bervariasi. Isu utama gerak bursa saham di AS adalah renegosiasi perjanjian dagang dengan Amerika Utara (NAFTA). Menteri Ekonomi Meksiko Ildefonso Guajardo mengatakan bahwa Mesiko akan mempertimbangkan proposal perdagangan ekspor-impor otomotif melalui perjanjian NAFTA.
Sebelumnya, Wall Street juga mendapat dorongan sehingga terangkat dari level terendah setelah Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer mengatakan dia tidak ingin mengubah sistem ekonomi China tetapi ingin memperbaiki apa yang telah ada sehingga mendorong lebih banyak kompetisi.
Berita positif dari sisi perdagangan ini menjadi penyeimbang kekhawatiran akan angka inflasi yang mendorong pelemahan Wall Street di awal perdagangan.
"Ada ketakutan di pasar akan angka inflasi yang rendah sehingga menekan bursa saham," jelas analis Inverness Counsel, New York, AS, Tim Ghriskey. "Tetapi akhirnya mampu positif di akhir perdagangan" tambah dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement