Sukses

Rupiah Tertekan, Bagaimana Dampaknya ke Emiten Farmasi dan Tekstil?

Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini dapat pengaruhi kinerja emiten pada 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini dapat pengaruhi kinerja emiten pada 2018.

Berdasarkan data Bloomberg, posisi rupiah berada di kisaran 13.126-13.982 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam 52 minggu. Sementara itu, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah melemah 0,92 persen sepanjang April 2018.

Nilai tukar rupiah sempat berada di kisaran 13.750 pada 2 April, dan tertekan ke posisi 13.900 per dolar AS pada 24 April 2018. Rupiah lalu berada di kisaran 13.936 pada 2 Mei 2018.

Lalu bagaimana strategi emiten hadapi pelemahan rupiah? Bagaimana pula dampak pelemahan rupiah ke kinerja emiten?

Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius menuturkan, rupiah melemah bakal mendongkrak harga produksi. Apalagi menurut Vidjongtius, bahan baku obat masih impor.

"Saat ini kami monitor terus kondisi pasar sambil antisipasi efisiensi internal dan pemanfaatan produk yang sudah ada," ujar Vidjongtius lewat pesan singkat yang diterima Liputan6.com, Kamis (3/5/2018).

Melihat laporan keuangan perseroan pada kuartal I 2018 yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), di bagian beban operasi lainnya, perseroan tidak mencatatkan rugi selisih kurs. Bahkan perseroan mencatatkan laba selisih kurs Rp 7,5 miliar pada kuartal I 2018.

PT Kalbe Farma Tbk membukukan penjualan naik 2,4 persen menjadi Rp 5,01 triliun pada kuartal I 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,98 triliun. Pertumbuhan penjualan itu ditopang dari sebagian divisi usaha kecuali pada segmen produk kesehatan yang masih stagnan.

Sementara itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk tumbuh menjadi Rp 589,43 miliar pada kuartal I 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 588,25 miliar.

Sementara itu, Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk Honesti Basyir mengatakan, pihaknya tidak terpengaruh dengan penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Hal itu mengingat pembelian bahan baku perseroan dalam bentuk mata uang rupiah.

Bila melihat laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk pada kuartal I 2018, perseroan mencatatkan pendapatan tumbuh 24,39 persen menjadi Rp 1,49 triliun pada kuartal I 2018. Hal itu mendorong laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 27,46 persen menjadi Rp 37,20 miliar pada kuartal I 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 29,19 miliar.

Kinerja itu juga ditopang dari pendapatan lainnya naik dari Rp 31,06 miliar pada kuartal I 2017 menjadi Rp 40,85 miliar pada kuartal I 2018. Sementara itu, perseroan juga mencatatkan keuntungan dari selisih kurs mata uang menjadi Rp 123,54 juta pada kuartal I 2018 dari sebelumnya rugi Rp 414,98 juta.

 

2 dari 2 halaman

Sektor Tekstil

Meski rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), ada sejumlah sektor usaha diuntungkan. Salah satunya sektor tekstil. Hal itu mengingat produk tekstil juga banyak ekspor.

Lalu bagaimana tanggapan emiten tekstil mengenai hal itu?

Investor Relation PT Sri Rejeki Isman Tbk, Ryan Yashadhana menuturkan, pergerakan dolar AS terhadap rupiah tidak berpengaruh signifikan. Hal itu mengingat penjualan dari ekspor perseroan mencapai 53 persen, dan domestik sekitar 47 persen.

"Kenaikan USD berpengaruh sedikit terhadap penjualan ekspor kami yang akan terima pembayaran dari USD," tutur dia.

Pada 2017, perseroan membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 14,6 persen menjadi USD 68,03 juta. Hal itu didukung kenaikan penjualan naik signifikan. Tercatat penjualan naik 11,67 persen menjadi USD 759,35 juta.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Â