Sukses

Menanti Pertemuan Trump dan Kim Jong-un, Bursa Asia Bergerak Campuran

Bursa saham Asia bergerak variatif setelah dihajar beberapa sentimen. Salah satunya pertemuan Trump dan Kim Jong-un

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia bergerak variatif mengawali perdagangan pekan ini. Satu indeks utama melemah, sedangkan satu indeks justru menguat dipicu beberapa sentimen, yakni pertemuan KTT G7, pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un, serta rapat bank sentral.

Dikutip dari Reuters, bursa saham Asia bergerak hati-hati pada perdagangan Senin (11/6/2018). Indeks saham Nikkei Jepang melorot 0,1 persen, sedangkan indeks saham Kospi Korea Selatan malah naik 0,2 persen.

Pergerakan bursa di kawasan regional ini terimbas hasil pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 akhir pekan lalu yang memicu kekhawatiran perang dagang lebih lanjut karena Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak menyetujui Komunike.

Faktor lainnya, setelah dari KTT G7, Trump langsung bertolak ke Singapura untuk pertemuan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

"Pertemuan G7 di Kanada semakin meretakkan hubungan antara AS dan sekutunya atas perdagangan bebas," kata Kepala Strategi Pasar untuk Asia Pasifik di JP Morgan Asset Management Tai Hui.

Negara-negara kelompok G7 tersentak bahwa Trump akan menemui Kim Jong-un. Ini adalah pertemuan bersejarah karena belum pernah terjadi sebelumnya. Investor pun akan fokus pada hasil pertemuan penting ini.

2 dari 2 halaman

Menanti Pertemuan The Fed

Selain itu, pelaku pasar juga mengamati rapat The Fed yang dijadwalkan berlangsung pada 12 Juni waktu setempat. Bank Sentral AS kembali diramalkan akan menaikkan suku bunga acuan untuk kedua kalinya di tahun ini.

Fokus pelaku pasar adalah apakah bank sentral akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali pada tahun ini.

Bukan hanya The Fed, Bank Sentral Eropa juga diagendakan menggelar rapat pada 14 Juni mendatang. Pertemuan itu bisa saja menunjukkan bahwa Bank Sentral Eropa akan mulai menghentikan pembelian obligasi.

Pada perdagangan Senin ini, dolar AS merosot terhadap Yen Jepang. Indeks dolar terhadap beberapa mata uang utama diperdagangkan lebih rendah dari 93.500.

Sementara harga minyak mentah tergelincir karena kekhawatiran lonjakan produksi AS dan turunnya permintaan dari China. Harga minyak Brent berjangka susut 0,1 persen ke posisi USD 76,38 per barel.