Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi dengan indeks saham S&P 500 dan Dow Jones tergelincir. Kenaikan saham Apple dapat diimbangi dengan saham perusahaan energi dan industri tertekan.
Selain itu, the Federal Reserve atau bank sentral AS tetap berada di jalur untuk menaikkan suku bunga yang diharapkan terjadi pada September.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 81,37 poin atau 0,32 persen ke posisi 25.333,82. Indeks saham S&P 500 susut 2,93 poin atau 0,10 persen ke posisi 2.813,36.
Advertisement
Baca Juga
Sedangkan indeks saham Nasdaq bertambah 35,50 poin atau 0,46 persen ke posisi 7.707,29. Sektor saham teknologi mendorong kenaikan indeks saham Nasdaq.
Sentimen pengaruhi wall street datang dari bank sentral AS atau the Federal Reserve pertahankan suku bunga acuan 1,75 persen-2 persen. The Federal Reserve juga melihat ekonomi AS tumbuh dan pasar tenaga kerja menguat. Inflasi juga mendekati target dua persen.
"The Federal Reserve menunjukkan mereka bersedia memberikan ekonomi berjalan sedikit panas selama mereka tidak melihat lonjakan signifikan dalam inflasi yang berpotensi menjadi angin untuk pasar saham," ujar Bob Baur, Ekonom Principal Global Investors, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (2/8/2018).
Sementara itu, saham teknologi membawa indeks saham Nasdaq ke wilayah positif. Namun, kekhawatiran perang dagang meningkat ketika Presiden AS Donald Trump mengusulkan menaikkan tarif impor dari China. Sentimen itu juga mendorong pergerakan indeks saham Dow Jones dan S&P di wall street.
Saham Apple Sentuh Level Tertinggi Sepanjang Masa
Pejabat pemerintahan mengatakan, Trump telah mengarahkan perwakilan perdagangan AS Robert Lighthizer untuk pertimbangkan kenaikan barang China senilai USD 200 miliar untuk tarif 25 persen dari 10 persen.
Hal ini sebagai bagian dari langkah Trump untuk mendorong China mengubah tindakannya. Trump sebut langkah itu sebagai “pemerasan” dan memperingatkan kalau pihaknya akan tanggapi dengan cara sama.
"Ini jelas akan membuat banyak bisnis semakin prihatin dengan sengketa tarif. Jika ketegangan perdagangan terus berlanjut hingga pemilihan paruh waktu itu akan menjadi bencana bagi Partai Republik," ujar Bernard Bauhmohl, Ekonom Princeton.
Adapun pemilihan paruh waktu AS akan diadakan pada 6 November. Saham-saham yang sensitif dengan perdagangan yaitu indeks S&P industrial turun 1,3 persen. Dari 11 sektor saham di S&P 500, delapan akhiri di sesi wilayah negatif.
Dengan laporan laba pada kuartal II, analis perkirakan pertumbuhan laba 23,3 persen. Angka tersebut naik dari 20,7 persen pada bulan lalu.
Adapun saham Apple Inc sentuh level tertinggi sepanjang masa setelah rilis kinerja keuangan yang mampu kalahkan perkiraan. Kapitalisasi pasar Apple mendekati USD 1 triliun.
Sektor saham keuangan naik usai imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun mencapai tiga persen untuk pertama kali sejak 13 Juni. Saham Tesla naik usai perseroan laporkan kinerja kuartal II.
Sektor saham energi tertekan usai harga minyak melemah karena meningkatnya stok AS dan produksi OPEC yang lebih tinggi secara tak terduga.
Volume bursa saham AS tercatat 6,83 miliar saham. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata perdagangan saham 6,21 miliar saham selama 20 hari perdagangan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement