Liputan6.com, Jakarta - PT Trimitra Propertindo Tbk akan mencatatkan saham perdana di papan pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan saham Kamis (23/8/2018).
Mengutip laman KSEI, perusahaan properti tersebut menawarkan 773,3 juta saham dengan nilai nominal Rp 100 kepada publik dalam rangka penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).
Jumlah 773,3 juta saham itu setara dengan 27,66 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah IPO. Â
Advertisement
Baca Juga
Harga penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) sebesar Rp 390 per saham. Total dana segar yang diraup perseroan mencapai Rp 301,6 miliar.Â
Dalam rangka IPO ini, PT UOB Kay Hian Sekuritas bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek (underwriter)Â dengan jaminan kesanggupan penuh (full commitment).
Adapun perseroan akan menggunakan dana yang diperoleh dari penawaran umum perdana saham ini, setelah dikurangi biaya-biaya terkait emisi saham, sekitar 16 persen untuk pembayaran sebagian utang di PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN).
Selanjutnya dana IPO sekitar 66 persen untuk pembangunan proyek tower II apartemen Parkland Avenue yang berlokasi di Serpong, Tangerang Selatan serta sekitar 18 persen untuk modal kerja.
Sebagai informasi, PT Trimitra Propertindo adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pembangunan, bertindak sebagai pengembang, pemborongan pada umumnya (general contractor), pembangunan konstruksi gedung, jembatan, jalan, pemasangan instalasi-instalasi.
Selain itu, pemasangan jaringan pipa, pengembangan wilayah pemukiman, pembangunan sarana prasarana perumahan, apartemen, dan perhotelan, jasa perdagangan property dan agen properti.
Â
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini
Â
Antisipasi BEI Saat Terapkan Percepatan Penyelesaian Transaksi
Sebelumnya, manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan penyelesaian percepatan transaksi (settlement) dari T+3 menjadi T+2 membutuhkan penyesuaian termasuk dalam ketersediaan efek.
BEIÂ pun mengantisipasi ketersediaan efek pada pelaksanaan penyelesaian percepatan transaksi pada 26 November 2018. Hal itu disampaikan Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi saat ditemui wartawan pada Kamis 19 Juli 2018.
Hasan menuturkan, pihaknya mengantisipasi untuk mencegah gagal serah (default) akibat penumpukan saham pada 26 November 2018.
"Transisi pemendekan settlement ini memang harus ada waktu pembiasaan (adjustment). Kita harus antisipasi kemungkinan kegagalan penyerahan saham (default)," tutur dia di Gedung BEI.
Hasan menekankan, pihaknya akan mengajak otoritas yang berwenang untuk mengatur proses settlement tersebut.
"Bersama para pelaku dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang pastikan ketersediaan pinjam-meminjam efek. Kita akan gandeng seluruh pihak terkait seperti intermediary dan para nasabah institusi," ujar dia.
Hasan menuturkan, yang paling penting adalah ada ketersediaan saham yang dapat dipinjam oleh investor atau pelaku usaha.
"Ketersediaan barang ini harus ada. Nanti kita siapkan landable pool, jadi ada semacam keranjang barang yang bisa dipinjam dan dilihat jauh-jauh hari," kata dia.
Hasan menuturkan , anggota bursa pun tela siap atas pemberlakuan settlement atau percepatan penyelesaian transaksi yang akan berlaku pada 26 November 2018.
"Jadi memang persoalnya tentang timeframe yang kini harus dipendekkan. Tapi dari survei, para pelaku sudah menyatakan kesiapan. Anggota bursa (AB), Payment Bank juga sudah nyatakan kesiapan," ujar dia.Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement