Liputan6.com, New York - Wall Street jatuh pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Hal ini karena pasar terpukul adanya kebijakan tarif baru dalam sengketa perdagangan antara Amerika Serikat dan China.
Kebijakan tarif berlaku meski kedua negara diketahui tengah menggelar pertemuan. Kedua negara tetap memberlakukan kebijakan tarif senilai US$ 16 miliar untuk barang impor satu sama lainnnya.
Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 76,62 poin, atau 0,3 persen, menjadi 25.656,98. Sementara indeks S&P 500 melemah 4,84 poin, atau 0,17 persen, menjadi 2.856,98 dan Nasdaq Composite turun 10,64 poin, atau 0,13 persen, menjadi 7.878,46.
Advertisement
Baca Juga
Pada perdagangan kali ini, indeks energi turun 0,5 persen dan indeks material turun 0,7 persen. Ini menjadi persentase penurunan terbesar di antara sektor-sektor utama pada indeks S&P, karena jatuhnya harga minyak mentah dan logam dipicu kekhawatiran perang perdagangan.
Potensi dampak politik dari masalah hukum dua mantan penasihat Presiden AS Donald Trump juga membebani sentimen investor.
Adapun saham perusahaan industri raksasa Caterpillar Inc (CAT.N) dan Boeing Co (BA.N), adalah salah satu hambatan terbesar pada indeks Dow. Saham Caterpillar tercatat turun 2,0 persen, dan saham Boeing turun 0,7 persen.
Dalam indeks S & P 500, sektor teknologi menjadi satu-satunya pemenang, karena naik 0,2 persen. Tapi itu mengupas kenaikan di akhir sesi, mengirim sektor teknologi pada indeks Nasdaq ke wilayah negatif bersama dengan S & P dan Dow.
"Sulit untuk mengatakan sejauh mana ini akan berjalan (perselisihan perdagangan AS-Cina)," ujar Brendan Erne, Direktur Implementasi Portofolio Personal Capital di San Francisco.
"Ini bisa menjadi jalan yang cukup panjang dan berliku, tapi setidaknya itu mendorong kedua belah pihak untuk berbicara sekarang," dia menambahkan.
Di sisi lain, data dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan pasar tenaga kerja menguat meskipun ada ketegangan perdagangan karena klaim pengangguran turun untuk tiga minggu berturut-turut.
Investor mengatakan mereka tetap mengawasi pertemuan para bankir AS di Jackson Hole, Wyoming, tempat Ketua Federal Reserve Jerome Powell akan berbicara pada hari Jumat. Pidatonya akan dipantau sebagai petunjuk tentang kebijakan moneter, setelah beberapa menit di akhir pertemuan ada indikasi jika Fed akan menaikkan suku bunga segera.
Volume perdagangan di Bursa AS kali ini mencapai 5,57 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 6,35 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini
Wall Street Ditutup Campuran, Nasdaq Naik tapi Dow Jones Tertekan
Wall Street ditutup campuran pada perdagangan Rabau (Kamis pagi waktu Jakarta). indeks acuan Nasdaq mampu ditutup positif ditopang oleh sektor teknologi sementara Dow Jones dan S&P 500 tertekan setelah mengalami kenaikan pada perdagangan sebelumnya.
Mengutip Reuters, Kamis (23/8/2018), Dow Jones Industrial Average turun 88,69 poin atau 0,34 persen menjadi 25.733,6. Untuk S&P 500 kehilangan 1,14 poin atau 0,04 persen menjadi 2.861,82. Sedangkan Nasdaq Composite menambahkan 29,92 poin atau 0,38 persen menjadi 7.889,10.
Baca Juga
Salah satu yang membuat investor bergerak hati-hati adalah kejadianyang menimpa mantan dua orang dekat Presiden AS Donald Trump. Sedangkan keluarnya risalah dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) hanya berdampak kecil terhadap gerak Wall Street.
Mantan manajer kampanye Donald Trump Paul Manafort dinyatakan bersalah atas tuduhan pajak dan penipuan bank pada Selasa malam. Sementara mantan pengacaran pribadi Trump Michael Cohen juga dinyatakan bersalah atas berbagai tuduhan atas dirinya.
Investor tengah mempertimbangkan apakah yang terjadi kepada mantan kedua orang dekat Trump ini akan merugikan prospek di bursa saham dan akan menyerempet kepada Trump.
"Ada cukup banyak berita negatif bagi Trump kemarin yang membuat ketidakpastian di pasar saham," jelas Robert Phipps, Direktur Per Stirling Capital Management, Austin, Texas.
"Selain itu secara teknis Wall Street juga tengah berada di titik resisten sehingga memang membutuhkan katalis," tambah dia.
Advertisement