Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih akan lanjutkan pelemahan. Akan tetapi, tekanan IHSG terbatas.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, IHSG sepi sentimen positif. Apalagi tekanan eksternal lebih mendominasi pergerakan IHSG.
"Minimnya sentimen positif dari domestik serta meningkatnya sentimen negatif dari eksternal seperti misalnya perang dagang antara AS dengan Tiongkok, krisis finansial Turki, Venezuela dan Argentina membuat IHSG sulit merangkak naik," tutur Nafan Aji kepada Liputan6.com, Kamis (6/9/2018).
Advertisement
Baca Juga
Ia menambahkan, sentimen prospek kenaikan suku bunga the Federal Reserve atau bank sentral AS menyebabkan para pelaku pasar lebih cenderung wait and see.
Sementara itu, Analis PT Kresna Sekuritas, William Mahmudi menuturkan, IHSG berpotensi menguat secara teknikal. Namun, jika IHSG melemah kemungkinan sudah terbatas. "IHSG sudah dekat level support 5.550,” ujar dia.
Fund Manager PT Valbury Capital Management Suryo Narpati, menuturkan, faktor nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi kekhawatiran untuk pergerakan IHSG.
"Saya rasa analis pasti akan senada, rupiah yang nyaris menyentuh level psikologis Rp 15.000 akan menjadi salah satu pemicu kekhawatiran investor di Bursa Efek Indonesia," ujar dia.
Beralih ke rekomendasi saham, Nafan Aji menyarankan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), dan juga PT XL Axiata Tbk (EXCL).
Sedangkan Suryo memilih saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), serta PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
IHSG Koreksi 3,76 Persen pada Perdagangan Rabu
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak mampu keluar dari zona merah pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Sentimen nilai tukar rupiah pengaruhi laju IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, IHSG melemah 221,80 poin atau 3,76 persen ke posisi 5.683,50. Indeks saham LQ45 merosot 4,41 persen ke posisi 890,53. Selurun indeks saham acuan kompak tertekan.
Sebanyak 411 saham melemah sehingga menekan IHSG. 32 saham menguat dan 52 saham diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 5.868,77 dan terendah 5.621,60.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 427.160 kali dengan volume perdagangan saham 10,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8,5 triliun. Investor asing jual saham Rp 892,64 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.926.
10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham barang konsumsi melemah 4,17 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham manufaktur tergelincir 4,08 persen dan sektor saham infrastruktur merosot 3,87 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham saham AKSI menguat 24,44 persen ke posisi 840 per saham, saham SHID melonjak 21,74 persen ke posisi 2.800 per saham, dan saham DART menanjak 19,05 persen ke posisi 250 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham RIGS melemah 21,23 persen ke posisi 282 per saham, saham ATIC merosot 17,46 persen ke posisi 780 per saham, dan saham SRAJ turun 16 persen ke posisi 168 per saham.
Analis PT Kresna Securities, William Mahmudi menuturkan, secara teknikal, IHSG belum berhasil ke posisi 6.100. Hal itu mendorong IHSG bergerak sideway. "IHSG pun menguji level support 5.600. Hal itu didorong sentimen global, emerging market memang koreksi," ujar dia.
Ia menambahkan, sentimen penguatan dolar Amerika Serikat terhadap rupiah membuat IHSG lesu. Ia juga menilai, tekanan IHSG masih wajar. "IHSG masih batas wajar, puncak tekanan jual itu di Agustus dan September,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement