Liputan6.com, Jakarta - Investor yang tercatat di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 23 Oktober 2018 berdasarkan data jumlah Single Investor Identification (SID) terkonsolidasi mencapai 1,5 juta. Angka tersebut naik sekitar 34 persen dibandingkan 1,12 juta investor per Desember 2017.
Direktur Utama KSEI, Friderica Widyasari, mengatakan jumlah investor itu terdiri dari investor saham, surat utang, reksadana, Surat Berharga Negara (SBSN) dan efek lain yang tercatat di KSEI.
"Sekitar 50 persen merupakan investor saham. Sisanya antara lain adalah investor reksa dana," tutur dia di Gedung BEI, Selasa (23/10/2018).
Advertisement
Baca Juga
Friderica pun optimistis, sampai dengan akhir tahun ini, akan ada penambahan jumlah SID antara 100-200 ribu. "Penambahan jumlah investor cukup cepat. Ini merupakan buah dari sosialisasi dan edukasi yang dilakukan oleh BEI selama ini," ujar dia.
Pada akhir tahun 2012 sebelum pengembangan C-BEST Next-G, jumlah SID yang tercatat di KSEI baru mencapai 281.256. Jika dibandingkan dengan per 23 Oktober 2018, berarti sudah meningkat hingga 433 persen.
Adapun pada 2017, total penyelesaian transaksi bursa melalui C-BEST sebesar 2,84 triliun unit dengan frekuensi mencapai 74,3 juta kali. Ini meningkat dari tahun 2016, dengan jumIah penyelesaian transaksi sebesar 1.92 triliun unit dan frekuensi sebesar 64,9 juta kali.
Masa Depan Pasar Modal RI Ada di Tangan Generasi Milenial
Sebelumnya, Head of Operation Prime Academy Indonesia, Wayne Ramschie, menyatakan masa depan dunia pasar modal Indonesia berada di tangan generasi milenial. Oleh sebab itu, ia berinisiatif mengajak kaum muda bangsa untuk mau belajar berinvestasi.
Dia mengatakan, sebanyak 10 persen dari total populasi peserta didik di bawah Prime Academy Indonesia saat ini merupakan golongan milenial.
"Kita sudah jalan edukasi 4 bulan. Mereka lebih cepat belajar dari orang tua, lebih cepat nyerapnya. So far, mereka sudah tahu meminimalisir risiko yang baik," ungkap dia di Jakarta, Jumat 5 Oktober 2018.
Akan tetapi terkadang, Wayne mengatakan, semangat anak muda masih terlalu menggebu-gebu dan kurang perencanaan. "Masuk open market sembarangan, kadang lost. Mereka suka enggak sadar," ujar dia.
"Jadi emosi harus dikontrol, psikologis harus dikontrol. Tapi so far mereka interested, dan perkembangan pesat untuk milenial," dia menambahkan.
Wayne menyampaikan, ia mengagumi kecepatan belajar pada anak muda yang sudah mampu memahami materi hanya dalam waktu dua bulan. Dia juga mengimbau agar generasi milenial pada awalnya tidak terburu-buru untuk meraih keutingan.
"Kalau mau profit pun jangan grasak grusuk. Profit 4 persen lumayan dua bulan. Yang penting mereka mau sabar belajar dan fokus. Daripada ikut kegiatan-kegiatan yang tidak terlalu penting," kata dia.
Sebab, menurut dia, kaum milenial ini lah yang ke depan akan memainkan peranan dalam dunia pasar modal Indonesia. "Karena dalam waktu 30 tahun ke depan mereka yang akan memegang peran untuk menjalankan pasar kita," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement