Liputan6.com, Jakarta - Ketidakpastian global masih menghantui perekonomian dunia yang berdampak pada keluarnya sejumlah dana dari pasar saham dan pasar surat utang sejumlah negara termasuk Indonesia.
Hal itu terjadi meski fundamental domestik masih memperlihatkan kinerja yang sehat. Angka penjualan ritel dan kinerja keuangan sejumlah korporasi masih mencatatkan kinerja positif hingga kuartal ketiga 2018.
Di tengah-tengah gejolak yang masih membayangi pasar saham, kinerja keuangan sejumlah emiten yang memperlihatkan kenaikan positif pada kuartal ketiga tahun ini, menjadi sentimen positif. Penjualan semen mulai memperlihatkan tren kenaikan hingga kuartal tiga 2018, tumbuh 4,9 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Advertisement
Baca Juga
Penjualan wholesale mobil naik sebesar 6,8 persen secara tahunan, sedangkan penjualan retail mobil meningkat 10,8 persen hingga kuartal III 2018. Penjualan motor mengalami pertumbuhan sebesar 8,8 persen sepanjang Januari-September 2018, dibanding periode yang sama tahun lalu.
Bahkan beberapa perusahaan ritel mencatatkan kenaikan pertumbuhan rata-rata penjualan di tiap toko atau yang lebih dikenal dengan same store sales growth (SSSG) di luar ekspektasi. Demikian mengutip dari keterangan tertulis, Rabu (24/10/2018).
Sebut saja PT Ace Hardware membukukan kenaikan SSSG sebesar 11,3 persen pada September, dibanding periode yang sama tahun lalu, PT Ramayana Lestari Sentosa juga sukses mencatat kenaikan SSSG sekitar 11 persen pada periode yang sama dibanding tahun lalu.
Sejumlah capaian kinerja ini menjadi sentiment positif bagi pasar saham domestik meski sifatnya jangka pendek. Analis PT Bahana Sekuritas, Muhammad Wafi, menilai rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) masih menjadi perhatian para investor serta kesehatan fiskal Indonesia yang tercermin dari asumsi Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019, yang masih didiskusikan oleh pemerintah bersama parlemen.
Wafi menuturkan, beberapa asumsi makro ekonomi seperti target pertumbuhan ekonomi, level rupiah dan lifting minyak sudah lebih realistis dibanding asumsi awal yang disampaikan dalam RAPBN 2019.
Akan tetapi, pasar masih menanti upaya lanjutan pemerintah untuk melakukan reformasi energi ke depannya sehingga subsidi energi khususnya untuk bahan bakar minyak (BBM) bisa kembali ditekan.
"Kinerja keuangan emiten dan perekonomian Indonesia secara domestik masih cukup baik hingga kuartal ketiga tahun ini, namun masih ada sejumlah risiko yang perlu diamati kedepannya antara lain harga minyak dunia cenderung naik, sedangkan harga batubara dan CPO yang masih tertekan karena permintaan yang turun," papar Wafi.
Â
Saham Pilihan
Dengan memperhatikan pencapaian hingga kuartal ketiga dan risiko perekonomian baik secara domestik dan global ke depan, Bahana masih merekomendasikan beli untuk beberapa saham pilihan yang terbilang aman dan tahan uji di tengah berbagai gejolak yang ada.
Saham itu antara lain PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), emiten yang satu ini terbilang masih akan mengantongi keuntungan hingga akhir tahun karena pengguna telekomunikasi dan paket data masih tinggi kedepannya, plus perusahaan telekomunikasi milik negara ini terbilang rajin membagi dividend.
Saham PT Hanjaya Mandala Sampoerna (HMSP), PT Gudang Garam (GGRM), PT Aces Hardware (ACES) dan PT Ramayana Lestari Sentosa (RALS) juga cukup menjanjikan karena didukung oleh daya beli masyarakat untuk kelas masyarakat menengah ke bawah yang masih kuat serta rencana kenaikan upah minimum propinsi yang direncanakan naik sekitar 8 persen.
Tak ketinggalan saham PT Semen Indonesia (SMGR) juga direkomendasikan beli oleh Bahana sebagai pemain terbesar dalam industri semen yang sudah memiliki jaringan di hampir seluruh Indonesia.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Â
Â
Advertisement