Sukses

Lippo Karawaci Bukukan Laba Bersih Rp 1,1 Triliun

Pendapatan divisi bisnis Healthcare sebesar Rp 2,8 triliun, yang terutama didorong oleh pendapatan dari 8 rumah sakit.

Liputan6.com, Jakarta - PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mampu membukukan pendapatan sebesar Rp 5,6 triliun pada Semester I 2018. Angka tersebut naik 13 persen jika dibanding dengan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan laba bersih naik 135 persen menjadi Rp 1,1 triliun.

Presiden Direktur Lippo Karawaci Ketut Budi Wijaya menjelaskan, laba bersih dan pendapatan perseroan mengalami kenaikan didorong oleh dekonsolidasi PT Mahkota Sentosa Utama, anak perusahaan tidak langsung, dengan keuntungan bersih Rp 1,3 triliun.

Pendapatan divisi bisnis Healthcare sebesar Rp 2,8 triliun, yang terutama didorong oleh pendapatan dari 8 rumah sakit mapan yang naik sebesar 7,7 persen menjadi Rp 1,4 triliun dari Rp 1,3 triliun.

"Pendapatan dari 11 rumah sakit berkembang naik sebesar 8,3 persen menjadi Rp 909 miliar dari Rp 839 miliar," jelas dia dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (25/10/2018).

10 rumah sakit yang baru dibuka di 2017 dan 2018 mencatat pendapatan sebesar Rp 134 miliar yang naik sebesar 481,5 persen dari Rp 23 miliar.

Selain itu, kunjungan pasien rawat jalan meningkat sebesar 13persen dan penerimaan pasien rawat inap meningkat sebesar 15 persen.

Pendapatan divisi usaha Residential & Urban Development meningkat 17 persen menjadi Rp 1,8 triliun dari Rp 1,6 triliun, terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan Urban Development sebesar 49 persen menjadi Rp 1,4 triliun.

Pendapatan divisi Komersial yang terdiri dari Mal Ritel & Hotel, sedikit meningkat sebesar 3 persen menjadi Rp 376 miliar terutama karena penurunan pendapatan divisi Mal Ritel sebesar 8 persen menjadi Rp 177 miliar.

Pendapatan divisi Manajemen Aset meningkat sebesar 9 persen menjadi Rp 522 miliar, terutama disebabkan oleh berkembangnya aset yang dikelola.

Pendapatan recurring Lippo Karawaci tumbuh sebesar 12 persen menjadi Rp 3,7 triliun dan memberikan kontribusi 67 persen dari total pendapatan perseroan pada semester 1 2018.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Sentimen Negatif

 

Menurut Ketut, BI telah meningkatkan suku bunga acuannya beberapa kali total sebesar 150 basis poin sepanjang tahun 2018 menjadi 5,75 persen.

Tingkat suku bunga yang lebih tinggi bersamaan dengan ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang antara Amerika Serikat dengan China serta tekanan pada rupiah yang berkelanjutan akan berdampak buruk terhadap sentimen orang-orang untuk membeli properti di tahun 2018.

Kinerja perseroan pada semester I 2018 mencerminkan fokus kami pada efisiensi operasional di saat pasar properti sedang lesu.

"Kami tetap yakin terhadap fundamental pasar properti Indonesia jangka panjang dan tetap fokus pada penciptaan nilai perseroan yang berkelanjutan di tahun tahun mendatang.” tutup dia.