Sukses

Anak Usaha Alfamart Bikin Perusahaan Patungan di Filipina

PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) mendirikan perusahaan patungan di Filipina melalui anak usahanya Alfamart Retail Asia Pte Ltd.

Liputan6.com, Jakarta - PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) mendirikan perusahaan patungan di Filipina melalui anak usahanya Alfamart Retail Asia Pte Ltd.

Mengutip keterbukaan informasi yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (26/10/2018), Alfamart Retail Asia Pte Ltd bersama SM Retail Inc, perusahaan Filipina mendirikan perusahaan patungan bersama DC Properties Management Corp. Perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum negara Republik Filipina yang bergerak di bidang penyediaan lahan untuk pusat distribusi toko-toko Alfamart di Filipina.

Adapun pemegang saham DC Properties Management Corp adalah SM Retail Inc sebesar 60 persen dan Alfamart Retail Asia Pte Ltd sebesar 40 persen. Pendirian perusahaan patungan itu dilakukan pada 24 Oktober 2018.

Sebelumnya Alfamart membangun minimarket sejak 2014 di Filipina. Perseroan membuka toko dengan skema usaha patungan. Selain itu juga mengandeng peritel setempat SM. Alfamart diperkirakan sudah memiliki sekitar 400 toko di Filipina.

Hingga semester I 2018, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk naik 188,59 persen menjadi Rp 218,08 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 75,56 miliar.

Pendapatan perseroan tumbuh 7,5 persen menjadi Rp 32,81 triliun hingga semester I 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 30,51 triliun. Beban pokok pendapatan naik menjadi Rp 26,36 triliun hingga 30 Juni 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 24,61 triliun.

Laba bruto naik 9,2 persen menjadi Rp 6,44 triliun selama enam bulan pertama 2018. Beban penjualan dan beban umum administrasi masing-masing naik menjadi Rp 5,58 triliun dan Rp 637,69 miliar hingga Juni 2018.Pendapatan lainnya tumbuh 25,12 persen menjadi Rp 355,99 miliar hingga Juni 2018.

Total liabilitas PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk naik menjadi Rp 17,19 triliun pada 30 Juni 2018 dari posisi 31 Desember 2017 sebesar Rp 16,65 triliun. Ekuitas perseroan naik menjadi Rp 5,38 triliun pada 30 Juni 2018.Perseroan kantongi kas Rp 1,3 triliun pada 30 Juni 2018.

 

2 dari 2 halaman

Jurus Bos Alfamart Selamatkan Bisnis dari Serbuan Toko Online

Sebelumnya, Perusahaan ritel dengan merek Alfamart, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk mencatatkan penurunan laba bersih secara signifikan mencapai 85,84 persen di kuartal III-2017. Anjloknya keuntungan emiten berkode AMRT itu bukan disebabkan karena dominasi toko online (e-commerce) di Indonesia.

Presiden Direktur Sumber Alfaria Trijaya, A. Hans Prawira mengungkapkan, penurunan laba bersih tersebut karena dua hal. Pertama, realisasi penjualan di bawah harapan dan kedua, marjin yang tipis karena persaingan semakin ketat.

"Ekspektasi sales tidak tercapai karena pasar agak lemah, walaupun tetap tumbuh tapi melambat. Juga persaingan yang makin ketat, sehingga marjin tidak bisa improve," tegas Hans di kantornya, Cikokol, Tangerang, Sabtu 18 November 2017.

Dari data laporan keuangan Sumber Alfaria Trijaya kuartal III ini, pendapatan neto tercatat naik 10,23 persen menjadi Rp 45,61 triliun dibanding realisasi Rp 41,37 triliun di kuartal III-2016. Sementara laba periode berjalan anjlok 85,84 persen dari Rp 337,49 miliar menjadi Rp 47,78 miliar.

Kondisi tersebut, diakuinya bukan karena terdampak maraknya bisnis online. Hans menilai, pengaruh e-commerce terhadap bisnis Fast Moving Consumer Goods (FMCG) belum begitu besar.

"Jadi bukan karena e-commerce ada penurunan laba, tapi lebih kepada ekspektasi penjualan tidak tercapai dan susah improve marjin. Ke depan tidak tahu bagaimana perkembangan e-commerce, kami antisipasi saja," terangnya.

Antisipasi pertama, dia menyebut, mengubah model bisnis Alfacart dengan menggandeng perusahaan e-commerce, seperti Lazada, dan lainnya. Alfacart merupakan toko belanja online di bawah Sumber Alfaria Trijaya.

"Kita reposisi Alfacart, kalau dulu jalan sendiri, kini bekerja sama dengan e-commerce seperti Lazada. Kekuatan kita kan di grosir, jadi lebih baik kerja sama dibanding bikin e-commercesendiri," terangnya.

Menurut Hans, kontribusi grosir pada perdagangan e-commerce baru Rp 1,5 triliun dari total bisnis yang mencapai nilai Rp 450 triliun. "Jadi masih kecil, dan kita mau ambil peluang itu," ucapnya.

Kinerja keuangan yang cukup tertekan di kuartal III ini, diakui Hans mendorong perusahaan untuk lebih efisien. Akan tetapi tidak berarti stop ekspansi.

"PR kita harus lebih efisien, tapi ekspansi masih tetap. Tahun ini kan 1.150 gerai, dan tahun depan 800 toko di Indonesia. Total toko sampai dengan saat ini berjumlah lebih dari 13.400 gerai," jelas Hans.

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â