Sukses

Saham Boeing Merosot 6,6 Persen, Ada Apa?

Mengawali pekan ini, saham Boeing anjlok. Hal itu didorong sentimen kekhawatiran perang dagang.

 

Liputan6.com, New York - Mengawali pekan ini, saham Boeing anjlok. Hal itu lebih didorong sentimen adanya laporan Amerika Serikat (AS) bersiap untuk menambah tarif impor terhadap barang impor China.

Pada perdagangan saham Senin waktu setempat, saham Boeing merosot 6,6 persen. Penutupan saham Boeing sekitar 6,6 persen terburuk sejak Februari 2016.

Pada awal perdagangan, saham Boeing sempat dibuka positif ke posisi USD 360,55 per saham. Namun, hal itu tak bertahan lama. Saham Boeing alami aksi jual di awal pekan.

Sentimen itu lebih didorong adanya laporan AS bersiap untuk menambah tarif impor barang China jika negosiasi antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping gagal.

"Boeing termasuk eksportir terbesar. Ada tarif baru dapat berdampak secara langsung kepada Boeing. Boeing ekspor 80 persen dan 90 persen dibangun di AS," ujar Analis Jefferies, Sheila Kahyaoglu, seperti dikutip dari laman CNBC, Selasa (30/10/2018).

"Ketika Trump melakukan hal semacam ini, dia harus berhati-hati karena Boeing memiliki pegawai besar," tambah dia.

Adapun indeks saham Dow Jones merosot 200 poin dengan saham Boeing berkontribusi 160 poin terhadap Dow Jones.

Pengumuman tarif baru terhadap barang China yang dapat berlaku awal Desember. Selain itu sisa impor dari Asia yang belum dikenakan tarif. Jumlahnya sekitar USD 257 miliar.

Saham Boeing merosot 9,5 persen pada Oktober meski perseroan catatkan kinerja kuat  yang diumumkan pada 24 Oktober. Saham Boeing juga alami penurunan terbesar selama sebulan dengan susut 16,9 persen sejak Januari 2016.

Pada laporan baru-baru ini, Boeing prediksi pendapatan pada 2018. Ini melihat rekor pendapatan perusahaan. CEO Boeing, Dennis Muilenberg menuturkan, Boeing mempertahankan pandangan jangka panjang untuk perdagangan ke depan.

"Khususnya pada hubungan AS-China, kami sangat terlibat dengan pelanggan dan kepemimpinan maskapai penerbangan China bersama dengan pemerintah AS dan kedua negara tertarik pada industri penerbangan yang sehat,” ujar Muilenberg.

Selain itu, Boeing 737 Max 8 yang baru dioperasikan oleh Lion Air pun jatuh pada Senin 29 Oktober 2018 di perairan tanjung karawang, Jawa Barat. Pesawat Lion Air JT 610 ini terbang dengan rute Jakarta-Pangkal Pinang, Bangka Belitung dengan membawa 189 penumpang termasuk awak pesawat.

Pesawat jenis Boeing 737-8 itu lepas landas dari terminal 1 pada pukul 06.20 WIB. Kemudian pukul 06.31, pilot pesawat sempat meminta untuk putar balik kembali ke landasan Bandara Soekarno-Hatta.

Pihak otoritas terkait di Indonesia sedang mencari korban, data dan blackbox untuk menentukan penyebab kecelakaan pesawat tersebut.

 

2 dari 2 halaman

Lion Air JT-610 Jatuh, Ini Klaim Boeing soal Kecanggihan Pesawat Boeing 737 Max

Sebelumnya, Pesawat Lion Air JT-610 yang terjatuh pada Senin pagi (29/10/2018) dalam penerbangan ke Pangkal Pinang, Bangka Belitung. Pesawat yang digunakan adalah produksi Boeing, yakni Boeing 737 Max 8.

Pesawat Boeing tipe 737 Max adalah produk Boeing dengan penjualan tercepat dalam sejarah perusahaan. Bahkan, Boeing berkali-kali membandingkan kecanggihan 737 Max dengan A320 milik Airbus.

Tertulis dalam situs Boeing, Airbus 320 lebih tidak bisa diandalkan, butuh pengecekan lebih sering, dan butuh waktu kerja lebih lama saat pengecekan. Boeing turut mengklaim adanya superioritas desain sebesar 0,3 persen pada 737 Max dibandingkan A320 milik Airbus.

Sejumlah kelebihan lain dari Boeing 737 salah satunya adalah mudah dioperasikan karena tersedia infrastruktur global yang mendukung pengoperasian pesawat. Pesawat juga 40 persen lebih hening (less noise footprint) dan hemat bahan bakar.

Emisi karbon di pesawat ini 14 persen lebih sedikit dari pendahulunya, sehingga pesawat Boeing 737 Max ini terbilang ramah lingkungan.

Pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh memakai Boeing 737 Max 8. Pesawat itu memiliki kapasitas bangku antara 162 sampai 178, dengan jumlah maksimal 210 bangku. Panjang pesawatnya adalah 39,52 meter dan lebar sayap 35,9 meter.

Pesawat juga mampu menempuh jarak 3.550 mil laut atau setara 6.570 kilometer. Mesin yang dipakai adalah LEAP 1-B dari CFM International.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: