Sukses

Ditutup Melemah, IHSG Masih Mampu Bertahan di Level 6.013,58

IHSG ditutup pada zona merah usai bergerak di dua zona pada perdagangan saham Selasa (27/11/2018) ini.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah usai bergerak di dua zona pada perdagangan saham Selasa (27/11/2018) ini.

Pada penutupan perdagangan saham, IHSG melemah 9,18 poin atau 0,15 persen ke posisi 6.013,58. Sementara indeks saham LQ45 turun 0,23 persen ke posisi 960,69. Sebagian besar indeks saham acuan melemah.

Ada sebanyak 165 saham menguat tetapi tidak mampu mendorong IHSG ke zona hijau. Sementara 220 saham melemah dan 122 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham 444.424 kali dengan volume perdagangan saham 10,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8,9 triliun.

Investor asing beli saham Rp 335 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.509.

Sektor saham yang menghijau hanya tiga yakni perkebunan sebesar 0,34 persen, sektor saham aneka industri naik 1 persen, dan sektor saham keuangan menguat 1,05 persen.

Sementara saham yang melemah antara lain industri dasar turun 2,04 persen dan sektor pertambangan sebesar 1,59 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham TRIO menguat 34,36 persen ke posisi Rp 262 per saham, saham ERTX mendaki 25,21 persen ke posisi Rp 149 per saham, dan saham INDR melonjak 25 persen ke posisi Rp 6.000 per saham.

Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham AKSI melemah 25 persen ke posisi Rp 450 per saham, saham SOSS merosot 24,87 persen ke posisi Rp 725 per saham, dan saham GLOB tergelincir 20,40 persen ke posisi Rp 199 per saham.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Tak Sesuai Prediksi

Sebelumnya, analis memperkirakan IHSG akan melanjutkan penguatannya pada perdagangan saham Selasa pekan ini (27/11/2018). Mata uang rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) yang tercatat terus menguat menjadi katalis positif bagi laju IHSG.

Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi Taulat mengatakan, penguatan mata uang rupiah pada awal pekan merupakan yang terkuat sejak Agustus 2018. Momentum ini dinilai membawa angin positif untuk pergerakan indeks.

"Rupiah ditutup menguat Rp 14.475 per USD atau naik 0,47 persen dari perdagangan sebelumnya. Ini terefleksi dengan aksi beli investor asing yang tercatat net buy Rp 199,20 miliar," jelas dia di Jakarta.

Sementara dari luar negeri, sentimen Italia turut berkontribusi baik untuk kenaikan IHSG. Itu ditunjukkan dengan potensi perubahan anggaran defisit negara itu untuk tahun 2019.

"Obligasi Italia melonjak setelah Wakil Perdana Menteri Italia Matteo Salvini mengisyaratkan keterbukaan baru untuk mengubah target defisit anggaran negara untuk tahun depan," ujarnya.

Lantas, ia pun meramalkan IHSG bakal naik di atas level 6.000 dengan sinyal positif indeks pada support dan resistance antara 5.994-6.052.

"Secara teknikal, IHSG bisa bertahan di atas level 6.000 itu merupakan sinyal positif untuk pasar kedepannya," ungkap dia.