Liputan6.com, Jakarta - Wall Street jatuh lebih dari 3 persen pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pelemahan dipimpin oleh saham-saham di sektor perbankan dan industri karena penurunan imbal hasil obligasi AS akibat adanya potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi AS.
Mengutip Reuters, Rabu (5/12/2018), Dow Jones Industrial Average turun 799,36 poin atau 3,1 persen menjadi 25.027,07. Untuk S&P 500 kehilangan 90,31 poin atau 3,24 persen menjadi 2.700,06. Sedangkan Nasdaq Composite turun 283,09 poin atau 3,8 persen menjadi 7.158,43.
Indeks S&P 500 membukukan persentase penurunan harian terbesarnya dalam sekitar dua bulan dan membalikkan keuntungan yang diperoleh seminggu sebelumnya.
Advertisement
Baca Juga
Indeks acuan saham-saham dengan kapitalisasi kecil yaitu Russell 2000 turun 4,4 persen. Angka ini merupakan penurunan satu hari terbesar dalam lebih dari tujuh tahun.
Investor Wall Street fokus pada obligasi AS di mana yield 10 tahun jatuh ke titik terendah sejak pertengahan September.
Para analis melihat adanya sinyal kurva imbal hasil inversi, ketika imbal hasil obligasi 10 tahun mengalami pembalikan arah yang sangat cepat.
"Ini adalah ketakutan tentang kurva imbal hasil terbalik dan apa artinya bagi perekonomian dan merupakan prekursor untuk resesi," kata Chuck Carlson, chief executive officer Horizon Investment Services, Hammond, Indiana, AS.
The New York Stock Exchange dan Nasdaq akan ditutup pada hari Rabu, untuk hari berkabung bagi mantan Presiden George H.W. Bush, yang meninggal pada hari Jumat lalu pada usia 94 tahun.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rincian Saham
Saham finansial yang sangat sensitif terhadap perubahan pasar obligasi turun 4,4 persen.
Sektor industri yang sensitif terhadap perdagangan juga turun 4,4 persen, dengan Boeing dan Caterpillar masing-mmasing tertekan 4,9 persen dan 6,9 persen.
Dow Jones Transport Average turun 4,4 persen, persentase penurunan satu hari terbesar sejak Juni 2016.
Dalam komentar pada hari Selasa, Presiden Fed New York John Williams mengatakan bank sentral AS akan berharap untuk terus menaikkan suku bunga pada tahun depan atau lebih bahkan ketika memperhatikan risiko yang mungkin disorot oleh pasar keuangan.
Komentar itu muncul setelah Ketua Fed Jerome Powell pada pekan lalu mengatakan bahwa dari data-data yang akan the Fed akan menuju jalur kenaikan suku bunga yang kurang agresif.
Advertisement