Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) mengincar dana segar dengan menambah modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau private placement.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (5/12/2018), perseroan akan menerbitkan 360.100.000 (360,10 juta saham) dengan nilai nominal Rp 250. Jumlah itu 3,71 persen dari modal ditempatkan dan disetor penih dalam perseroan yang akan ditawarkan khusus kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Banten, dan pemerintah kota serta kabupaten se-Jawa Barat dan Banten.
Adapun harga yang ditawarkan tidak lebih rendah dari Rp 1.900 per saham. Hal itu berdasarkan ketentuan dalam Peraturan PencatatanBEI Nomor A-1 Keputusan Nomor Kep-00001/BEI/01-2014 pada 20 Januari 2014. Jadi harga rata-rata 25 hari penutupan perdagangan saham perseroan di BEI mulai 28 September 2018 hingga 1 November 2018.
Advertisement
Baca Juga
Dana hasil private placement ini untuk memperkuat struktur permodalan yang kemudian digunakan untuk ekspansi kredit. Pelaksanaan private placement ini dengan menawarkan saham seri A kepada pemerintah daerah di Jawa Barat dan Banten yang telah memiliki saham seri A dan pemerintah daerah hasil pemekaran.
Adapun pemerintah daerah hasil pemekaran itu antara lain Pemerintah Kota Serang, Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat dan Pemerintah Kabupaten Pangandaran.
Total dana yang akan diraup dari hasil private placement sebesar Rp 684,19 miliar. Dana itu terbagi atas modal ditempatkan dan disetor Rp 90,02 miliar dan tambahan modal disetor Rp 594,16 miliar.
Dengan ada tambahan modal itu, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perseroan semula 17,53 persen menjadi 18,26 persen. Untuk melaksanakan aksi korporasi ini, Bank BJB akan gelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 11 Desember 2018.
BJB Raup Laba Rp 1,3 Triliun pada Kuartal III 2018
Sebelumnya, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) mencatatkan pertumbuhan kinerja positif tengah ketidakpastian ekonomi global.
Selain itu, sentimen negatif dari eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China. Direktur Keuangan BJB, Nia Kania, mengatakan pada kuartal III 2018, BJB membukukan laba bersih sebesar Rp 1,3 triliun atau tumbuh sebesar 25,4 persen (yoy). Total Aset bank bjb tercatat sebesar Rp 114,1 triliun.
"Hal ini seiring dengan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan per Juli 2018. Di mana sejak awal Tahun, tingkat pendapatan bersih bank terus mengalami peningkatan” ujar dia di Jakarta, Jumat 26 Oktober 2018.
Nia menjelaskan, selain itu, Net Interest Income BJB juga tumbuh sebesar 4,1 persen (yoy). Sedangkan Fee Based Income berhasil tumbuh secara signifikan sebesar 23,2 persen (yoy).
"Di sisi pendanaan, dengan komitmen Bank BJB untuk terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Indonesia dan didukung dengan pengembangan teknologi yang baik untuk mempermudah layanan transaksi nasabah dengan cepat,” ujar dia.
"Bank BJB berhasil menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan total sebesar Rp 89,5 triliun, diikuti oleh meningkatnya porsi dana murahnya atau Current Account Saving Account (CASA) di level 51,8 persen," tambah dia.
Selain itu, lanjut Nia, BJB juga telah menyalurkan kredit dengan total kredit sebesar Rp 74,6 triliun. Berkaitan dengan penyaluran kredit itu, BJB terus menjaga kualitas kredit dengan Non Performing Loan (NPL) pada level 1,58 persen.
Rasio NPL ini lebih baik dibandingkan catatan OJK mengenai NPL industri perbankan yang berada di level 2,74 persen per Agustus 2018.
"Bank BJB memperhatikan berbagai indikator penting dalam rasio keuangan agar tetap terjaga dengan baik, di mana selain profitabilitas bank yang positif, Bank BJB juga secara konsisten berhasil menjaga tingkat efisiensi serta kualitas aset," kata dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement