Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak menguat pada perdagangan saham Rabu (12/12/18). IHSG akan bergerak pada level 5.955-6.226
Fund Manager PT Valbury Sekuritas, Suryo Narpati mengatakan, dari sentimen luar negeri, penangkapan Chief Financial Officer (CFO) Huawei Meng Whanzou oleh Kanada yang dilakukan atas permintaan Amerika Serikat (AS) kini ditanggapi serius oleh China. China dengan tegas meminta pihak Kanada untuk segera melepas dan melindungi hak-haknya.
"Jika tidak maka Kanada harus menerima tanggung jawab penuh untuk konsekuensi serius yang ditimbulkan. Ini karena penangkapan diduga mengakali aturan untuk berbisnis dengan Iran yang diembargo AS," ucap dia di Jakarta.
Advertisement
Baca Juga
Oleh sebab itu, ia menilai, sentimen berkenaan dengan penangkapan seorang eksekutif puncak di Huawei itu kini mulai sedikit mereda. Hal ini tercermin dengan bursa saham AS menguat terbatas pada perdagangan Senin 10 Desember 2018.
"Sentimen ini dapat membawa katalis positif bagi pasar Asia serta membuka peluang bagi IHSG untuk naik," ujarnya.
Menurut Suryo, IHSG akan melaju di zona positif dalam kisaran 6.086-6.129.
Sementara itu, Analis Indosurya Bersinar Sekuritas William Suryawijaya menuturkan, saat ini IHSG masih berada dalam pola naik (uptrend) untuk jangka panjang. Menurut dia, IHSG berpotensi menguat di rentang 5.955-6.226.
Untuk saham hari ini, Suryo menyarankan saham PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Sedangkan William merekomendasikan saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP).
IHSG Tertekan pada Perdagangan Saham Kemarin
Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Hal itu didorong minimnya sentimen domestik.
Pada penutupan perdagangan saham, Selasa 11 Desember 2018, IHSG turun 34,77 poin atau 0,57 persen ke posisi 6.076,58. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,58 persen ke posisi 969,30. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Sebanyak 235 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sementara itu, 172 saham menguat dan 113 saham diam di tempat.
Pada Selasa pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.106,98 dan terendah 6.069,16. Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 426.148 kali dengan volume perdagangan 10,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8,4 triliun. Investor asing jual saham Rp 689,39 miliar di pasar regular.
Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham pertanian naik 0,57 persen,sektor saham tambang menguat 0,56 persen dan sektor saham aneka industri mendaki 0,30 persen.
Selain itu, sektor saham industri dasar merosot 2,76 persen, dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur tergelincir 1,14 persen, dan diikuti sektor saham manufaktur merosot 1,14 persen.
Saham-saham yang membukukan top gainers antara lain saham SOTS mendaki 25 persen ke posisi Rp 350 per saham, saham DEAL melonjak 24,87 persen ke posisi Rp 492 per saham, dan saham OASA menanjak 21,14 persen ke posisi Rp 298 per saham.
Selain itu, saham-saham bukukan penurunan antara lain saham TRIO melemah 24,14 persen ke posisi Rp 220 per saham, saham YPAS tergelincir 21,38 persen ke posisi Rp 570 per saham, dan saham NUSA susut 13,92 persen ke posisi Rp 136 per saham.
Bursa saham Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,07 persen, indeks saham Shanghai menguat 0,37 persen dan indeks saham Taiwan mendaki 0,62 persen. Sementara itu, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,04 persen, indeks saham Jepang Nikkei susut 0,34 persen, indeks saham Thailand tergelincir 0,62 persen dan indeks saham Singapura turun 0,43 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, pelemahan IHSG didorong minimnya sentimen domestik seperti penurunan kinerja data fundamental penjualan ritel per Oktober. "Sementara dari eksternal, hanya terlihat dari faktor sentimen perang dagang maupun kenaikan suku bunga the Federal Reserve,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement