Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan bergerak menguat pada perdagangan saham di awal pekan ini (17/12/2018). Analis berpendapat, laju IHSG berpeluang positif dengan diperdagangkan di kisaran 6.118-6.194.
Managing Director Jagartha Advisors, FX Iwan mengatakan, IHSG berpotensi perkasa menunggu pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed pekan ini. Ia memperkirakan, IHSG bakal melaju positif di kisaran level support dan resistance di 6.050-6.280.
Advertisement
Baca Juga
"Untuk perdagangan pekan ini, fokus kembali tertuju pada FOMC meeting The Fed pada tanggal 18-19 Desember dengan konsensus bahwa kenaikan suku bunga akan kembali dilakukan pada bulan ini," ujarnya kepada awak media di Jakarta.
Adapun sambil menunggu keputusan FOMC ini, sambung dia, pergerakan indeks kemungkinan di perdagangkan dengan melanjutkan penguatan terbatas didorong sentimen positif dari sisi eksternal.
Setali tiga uang dengan Iwan, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada berpendapat, IHSG berpotensi bergerak naik disebabkan katalis positif dari dalam negeri. Menurutnya, kondisi perekonomian RI kini mendukung IHSG untuk melesat naik pada perdagangan saham hari ini.
Meski demikian, IHSG tetap dibayangi oleh aksi ambil untung (profit taking) yang dapat mengkerek IHSG untuk tersungkur.
"Apalagi jika sentimen yang ada tidak cukup baik mendukung kenaikan lanjutan maka IHSG pun dapat berbalik melemah. Diharapkan sentimen dari dalam negeri masih dapat positif untuk menjaga tren kenaikan IHSG," kata dia.
Saham Pilihan
Adapun Reza memprediksi IHSG bergerak ke zona hijau dalam rentang support di 6.118 dan resistance di 6.194.
Melihat kondisi ini, pilihan saham yang dapat dijadikan rekomendasi menurut Iwan adalah saham-saham dengan valuasi yang atraktif dan berpotensi mengalami earnings upgrade.
Saham tersebut antara lain seperti saham PT Astra International Tbk (ASII), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Sedangkan Reza menyarankan saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), serta PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT).
Advertisement