Liputan6.com, Jakarta - Komunitas Investor Saham Pemula (ISP) kini telah membentuk struktur kepengurusan terbaru di penghujung 2018. Beberapa mantan pejabat PT Bursa Efek Indonesia (BEI) turut dilibatkan sebagai dewan pembina, diantaranya Direktur Utama Bursa Efek Indonesia periode 2015-2018 Tito Sulistio dan Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia periode 2015-2018 Nicky Hogan.
Dengan bergabungnya kedua tokoh tersebut, Ketua Nasional ISP Frisca Devi Choirina mengutarakan, pengurus dan anggota komunitas ISP diharapkan bisa semakin berkembang pesat, baik secara kuantitas maupun kualitas dengan adanya optimalisasi struktur kepengurusan pusat atau nasional.
Advertisement
Baca Juga
"Kami sangat senang dengan bergabungnya Pak Tito dan Pak Nicky di organisasi atau komunitas ISP ini, terlebih dengan pengalaman serta sepak terjang beliau-beliau di industri pasar modal yang tidak perlu kami ragukan lagi. Mereka diharapkan mampu membantu mengembangkan sayap Investor Saham Pemula lebih lebar lagi, sehingga bisa semakin memberikan dampak positif untuk masyarakat," tuturnya di Go-Work Pacific Place Mall, Jakarta, Rabu (19/12/2018).
Adapun Dewan Pengurus baru Komunitas ISP kali ini dipegang oleh Frisca Devi Choirlna selaku Ketua, kemudian Try Putra Analdo selaku Wakil Ketua, disusul oleh Aji Kurniawan selaku Bendahara, dan Vindy Purwany selaku Sekretaris.
Dalam sebuah catatan yang diberikan, kepengurusan pusat ISP ini bakal coba memanfaatkan teknologi dan sosial media sebagai senjata utama dalam berkomunikasi dengan para pengurus daerah atau regional yang kini sudah tersebar di 40 kota di 22 provinsi seluruh Indonesia.
Berbagai media sosial seperti Whatsapp, Telegram dan Facebook akan menjadi wadah yang dipakai untuk Jaringan Komunikasi terbesar, baik untuk pengurus ataupun untuk para anggota di masing-masing kota.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ketegangan Perang Dagang
Belakangan ini, para investor saham yang tergabung dalam komunitas ISP berpandangan bahwa market 2019 masih akan dipengaruhi oleh ketegangan perang dagang, setidaknya kemungkinan masih akan menurunkan jumlah transaksi global akibat ketidakpastian perjanjian dagang antar negara. Sementara tahun politik 2019 juga akan menjadi sentimen bagi pasar, di luar siapapun yang akan terpilih sebagai presiden.
Menurut ISP, pasar akan cenderung lebih volatil sampai proses pilpres usai. Namun begitu, komunitas percaya bahwa pasar akan berpotensi kembali menguat pasca pilpres, namun sentimen-sentimen global akan tetap membuat pasar di 2019 masih akan cukup volatil.
Komunitas beranggapan, banyak investor yang berpandangan bahwa saat ini sebaiknya wait and see terlebih dahulu sampai lewat masa-masa pilpres. Di sisi lain, ada juga yang berpandangan bahwa saat-saat seperti inilah timing untuk mulai akumulasi pembelian saham.
"Yang jelas semua keputusan dikembalikan ke masing-masing investor. Selama ekonomi dan pasar modal Indonesia masih berpotensi di masa depan, banyak investor yang tidak enggan untuk terus mengakumulasi saham yang ada di portofolionya," ujar Frisca.
Advertisement