Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djayadi yakin jumlah emiten baru yang akan melakukan Penawaran Umum Perdana saham (Initial Public Offering/IPO) sepanjang tahun 2019 bisa mencapai lebih dari 57 perusahaan.
Menurutnya, pesta demokrasi yang dilakukan secara bersamaan tahun ini yakni pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), tak akan menyurutkan langkah beberapa perusahaan untuk mencatatkan saham di BEI. Kendati begitu, dia belum mau mengungkapkan berapa banyak perusahaan yang bisa diajakk untuk melantai di bursa saham Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
"Kami harapkan lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2018, kami capai 57 perusahaan yang listing. Kami harapkan tahun ini bisa lebih dari itu. Berapa tepatnya? Belum bisa bilang, tapi arahnya lebih dari itu (57)," jelas dia di Gedung BEI, Rabu (2/1/2019).
Inarno menjelaskan, untuk mencapai target emiten baru tersebut, BEI telah menyiapkan sejumlah strategi. Itu antara lain adalah melalui program sosialisasi dan edukasi berkesinambungan ke berbagai perusahaan.
"Selain itu, kita juga akan bekerjasama dengan para pemangku kepentingan seperti perusahaan penjamin emisi efek (underwriter), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan, dan Menteri Negara (Meneg) Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kita bisa coba, this is the time untuk masuk ke publik," ujarnya.
Sebagai informasi, pada 2018, jumlah korporasi yang melakukan IPO saham meningkat 54 persen menjadi 57 perusahaan ketimbang 37 perusahaan di tahun 2017.
Adapun total dana publik yang berhasil dihimpun dari aksi pencatatan perdana saham tersebut mencapai Rp 16,01 triliun sepanjang tahun lalu. Angka itu meningkat 68 persen dibandingkan Rp 9,5 triliun pada 2017.
"Jadi ini merupakan jumlah pencatatan perdana saham tertinggi selama kurun waktu 26 tahun terakhir sejak swastanisasi Bursa Efek Indonesia pada tahun 1992. Jumlah pencapaian ini juga merupakan yang terbanyak di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2018," tandasnya.
Catatkan Rekor, Jumlah Emiten Baru Capai 57 pada 2018
Pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan rekor tertinggi pada 2018. Hal ini ditunjukkan dari jumlah saham baru yang mencapai 57.
Angka itu lebih besar dari jumlah saham baru di BEI pada 2017 yang mencapai 37 perusahaan. Selain itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. IHSG tercatat mencapai level tertinggi 6.689,29. Total saham tercatat 619 saham, sudah termasuk 57 saham baru.
"IHSG tertinggi pada 2018 sebesar 6.689,29 poin. Pada 2018 tercatat 619 total saham. 57 saham baru di 2018, tertinggi sejak swastanisasi Bursa Efek Indonesia (BEI)," ujar Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, Jumat (28/12/2018).
Baca Juga
Total dana yang dihimpun dari pasar modal mencapai Rp 16,01 triliun. Total rata-rata transaksi harian sepanjang 2018 mencapai Rp 8,5 triliun, naik 11,8 persen dibandingkan pada akhir 2017 sebesar Rp 7,6 triliun.
"Rp 16,01 triliun total dana yang dihimpun. Rata-rata nilai transaksi harian sepanjang 2018 sebesar Rp 8,5 triliun. Sementara rata-rata frekuensi transaksi harian 386.696 kali," kata dia.
Sementara itu, Analis PT RHB Sekuritas Henry Wibowo menuturkan, jumlah IPO meski cukup banyak tetapi perolehan dana tidak terlalu besar. Hal itu menunjukkan IPO yang dilakukan termasuk langkah strategis. “Ini IPO strategic. Jadi sudah ada strategy buyernya sehingga tidak likuid. Tidak ada yang besar. Big IPO belum ada,” kata Henry saat dihubungi Liputan6.com.
Akan tetapi, ia mengapresiasi langkah perusahaan untuk melepas sahamnya ke publik. Hal itu menunjukkan perusahaan lokal terutama skala menengah ingin bertambah besar. Selain itu, tata kelola perusahaan diharapkan menjadi lebih baik. “IPO juga dipandang masyarakat bagus,” tambah dia.
Reporter: Anggun P.Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement