Liputan6.com, Jakarta - Rupiah tercatat menguat ke level 14.090 per dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini. Penguatan mata uang rupiah dipercaya berdampak positif terhadap saham industri barang konsumsi (consumer goods).
Managing Director Jagartha Advisors FX Iwan mengatakan, salah satu penyebab menguatnya mata uang rupiah tersebut dikarenakan masuknya dana aliran asing (inflow) ke dalam pasar domestik.
Dia menyebutkan, saham-saham berkapitalisasi besar akan diuntungkan dari perkasanya mata uang garuda hari ini. Salah satu sektor saham tersebut antara lain industri perbankan.
Advertisement
Baca Juga
"Saham-saham dengan kapital besar yang jadi proxy investor asing akan diuntungkan. Selain itu, sektor-sektor yang berhubungan dengan impor sebagai sumber bahan baku juga diuntungkan seperti konsumer maupun konstruksi," ucapnya kepada Liputan6.com, Senin (7/1/2019).
Sementara itu, Analis Panin Sekuritas William Hartanto berujar saham properti dan industri akan meraup untung dari penguatan nilai tukar rupiah hari ini. Itu seperti saham PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) dan juga PT Ciputra Development Tbk (CTRA).
"Kemudian juga dengan saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT), Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), serta saham PT Malindo Feedmil Tbk (MAIN)," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rupiah Makin Perkasa, Penguatan IHSG Malah Terbatas
Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat perkasa malah alami penguatan terbatas pada awal pekan ini.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (7/1/2019), IHSG naik 12,68 poin atau 0,20 persen ke posisi 6.287,22. Pada pembukaan, IHSG sempat berada di posisi 6.317 atau naik 43,08 poin. Indeks saham LQ45 menanjak 0,11 persen ke posisi 1.002,77. Sebagian besar indeks saham acuan kompak menghijau.
Sebanyak 240 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. 166 saham melemah dan 146 saham diam di tempat. Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.354,75 dan terendah 6.287,22.
BACA JUGA
Transaksi perdagangan cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 462.503 kali dengan volume perdagangan 12 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8,5 triliun. Investor asing beli saham Rp 463,85 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.090.
Sebagian besar sektor saham menghijau. Sektor saham pertanian naik 1,95 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Sektor saham infrastruktur mendaki 1,19 persen dan sektor saham konstruksi menanjak 1,1 persen.
Sektor saham aneka industri melemah 1,87 persen, dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham manufaktur susut 0,37 persen dan sektor saham barang konsumsi susut 0,17 persen.
Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham RELI melonjak 34,34 persen ke posisi 266 per saham, saham ENRG mendaki 27,27 persen ke posisi 70 per saham, dan saham SAFE bertambah 26,26 persen ke posisi 250 per saham.
Selain itu, saham-saham yang merosot antara lain saham OCAP turun 24,56 persen ke posisi 258 per saham, saham HDFA tergelincir 18,34 persen ke posisi 138 per saham, dan saham GLOB merosot 12,70 persen ke posisi Rp 550 per saham.
Bursa saham Asia kompak menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,82 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 1,34 persen, indeks saham Jepang Nikkei menanjak 2,44 persen, dan bukukan penguatan terbesar.
Disusul indeks saham Thailand menguat 1,09 persen, indeks saham Shanghai mendaki 0,72 persen, indeks saham Singapura bertambah 1,42 persen dan indeks saham Taiwan melonjak 2,21 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, penguatan IHSG didorong sejumlah faktor. Pertama, pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang kurang agresif, harga komoditas menguat, meredanya sentimen perang dagang antara AS dengan China.
"IHSG sempat menguat tapi sekarang penguatannya terbatas. Hal ini disebabkan oleh para pelaku pasar mulai melakukan aksi ambil untung,” ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com.
Advertisement