Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan melanjutkan penguatan pada perdagangan saham Kamis pekan ini.
Analis PT Panin Sekuritas, William Hartanto mengatakan, IHSG akan melanjutkan penguatan didorong oleh aksi beli saham investor asing. Kata dia, investor cukup optimistis dengan kondisi pasar di bursa saham saat ini. IHSG berpotensi melaju ke zona hijau dengan diperdagangkan pada level 6.123-6.421.
"Masih melanjutkan penguatan ya. Sentimennya net buy asing masih berlanjut. Ini artinya mereka optimistis terhadap IHSG. Sementara itu, faktor lainnya, secara teknikal masih di atas MA5 juga. Jadi berpeluang lanjutkan penguatan," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (10/1/2019).
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi berpendapat IHSG cenderung bakal tersungkur. IHSG berpotensi turun ke zona merah dengan kisaran 6.172-6.296. Saham perbankan dan konstruksi masih menjadi anjuran saham cuan hari ini oleh Lanjar.
"Meskipun menguat secara teknikal, IHSG membentuk pola candle bearish counter attack dengan indikasi kembali menguji support MA5 di level 6.263. Oleh karena itu, pergerakan akan cenderung negatif dengan potensi lanjut melemah," ujar dia.
Berbicara saham moncer hari ini, Hartanto cenderung menganjurkan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).
Adapun Lanjar merekomendasikan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), serta PT United Tractors Tbk (UNTR).
Â
IHSG Menguat Terbatas pada Perdagangan Kemarin
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di zona hijau pada perdagangan Rabu pekan ini. Akan tetapi, penguatan IHSG terbatas.
Pada penutupan perdagangan saham, Rabu 9 Januari 2019, IHSG naik terbatas 9,39 poin atau 0,15 persen ke posisi 6.272,23. Indeks saham LQ45 susut 0,07 persen ke posisi 996,77.
Sebagian besar indeks saham acuan bervariasi. Sebanyak 237 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. Namun, 173 saham melemah sehingga dorong penguatan IHSG jadi terbatas. 133 saham diam di tempat.
Pada Rabu pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.311,57 dan terendah 6.265,32. Total frekuensi perdagangan saham 488.618 kali dengan volume perdagangan saham 15,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 9,5 triliun. Investor asing beli saham Rp 500,17 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.125.
Sebagian besar sektor saham menguat. Sektor saham pertanian naik 1,8 persen dan bukukan penguatan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi menanjak 0,77 persen dan sektor saham keuangan menguat 0,73 persen. Sedangkan sektor saham barang konsumsi turun 1,06 persen dan sektor saham manufaktur tergelincir 0,56 persen.
Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham INPP naik 25 persen ke posisi Rp 650 per saham, saham ISAT melonjak 24,65 persen ke posisi Rp 2.250 per saham, dan saham FOOD mendaki 24,56 persen ke posisi Rp 284 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham MTSM susut 24,78 persen ke posisi Rp 170 per saham, saham JECC merosot 19,92 persen ke posisi Rp 5.325 per saham, dan saham ABDA susut 19,71 persen ke posisi Rp 5.600 per saham.
Bursa saham Asia sebagian besar menguat kecuali indeks saham Thailand melemah 0,22 persen.Sedangkan indeks saham lainnya yaitu indeks saham Hong Kong Hang Seng menguat 2,27 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Lalu indeks saham Korea Selatan Kospi menanjak 1,95 persen.
Lalu indeks saham Jepang Nikkei menguat 1,1 persen, indeks saham Shanghai bertambah 0,71 persen, indeks saham Singapura menguat 0,86 persen dan indeks saham Taiwan mendaki 1,83 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, ada beberapa sentimen positif pengaruhi kinerja IHSG. Pertama, meredanya sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kedua, optimisme para pelaku pasar kalau negosiasi perdagangan bilateral antara AS dengan China yang diselenggarakan di Beijing akan hasilkan kesepakatan yang menyeluruh.
"Menguatnya harga komoditas karena ada sentimen data minyak AS inventories yang diperkirakan negatif," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Sedangkan dari dalam negeri, cadangan devisa Indonesia menjadi USD 120,7 miliar pada Desember menjadi katalis positif.
Â
 Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement