Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu bertahan di zona hijau pada awal pekan ini. Aksi jual investor asing dan rilis data ekonomi China dinilai menjadi katalis negatif bagi IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (28/1/2019), IHSG merosot 24,13 poin atau 0,37 persen ke posisi 6.458,71. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,65 persen ke posisi 1.019. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Sebanyak 230 saham melemah sehingga menekan IHSG. 171 saham menguat dan 144 saham diam di tempat.
Advertisement
Baca Juga
Pada Senin pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.501,08 dan terendah 6.433,82.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 505.621 kali dengan volume perdagangan 12,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 9,7 triliun.
Investor asing melepas Rp 538,32 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.070. Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham industri dasar naik 1,51 persen, sektor saham pertanian menguat 1,49 persen dan sektor saham perdagangan mendaki 0,20 persen.
Sementara itu, sektor saham konstruksi melemah 1,72 persen, dan membukukan pelemahan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur turun 1,41 persen dan sektor saham aneka industri tergelincir 0,73 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham RELI mendaki 25 persen ke posisi 280 per saham, saham CLAY melonjak 24,86 persen ke posisi 1.155 per saham, dan saham NATO menanjak 24,41 persen ke posisi 530 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham TFCO merosot 24,29 persen ke posisi 530 per saham, saham HOME merosot 15,13 persen ke posisi 101 per saham, dan saham IPCM merosot 11,11 persen ke posisi 400 per saham.
Bursa saham Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,03 persen, indeks saham Thailand menguat 0,14 persen dan indeks saham Taiwan menanjak 0,44 persen.
Selain itu, indeks saham Korea Selatan Kospi merosot 0,02 persen, indeks saham Jepang Nikkei terpangkas 0,60 persen, indeks saham Shanghai susut 0,18 persen dan indeks saham Singapura melemah 0,12 persen.
Analis PT Binaarta Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, penguatan IHSG sempat menguat di awal sesi didorong sentimen pemerintahan AS yang akhiri shutdown atau penutupan pemerintahan AS.
Namun, ada rilis data ekonomi China menekan laju IHSG.”Data makro ekonomi China yaitu data industrial sekitar 10,3 persen. Ini membuat pelaku pasar khawatir terhadap kinerja fundamental ekonomi di China terutama manufaktur,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Sedangkan dari sentimen internal, menurut Nafan belum ada yang terlalu pengaruhi pasar. Hal ini seiring pelaku pasar menanti rilis inflasi Januari 2019 dan manufaktur.
Melihat Saham Emiten Grup Sinar Mas
Pendiri Grup Sinar Mas Eka Tjipta Widjaja tutup usia pada Sabtu 26 Januari 2019. Kepergian pria kelahiran 27 Februari 1921 ini meninggalkan gurita bisnis yang memiliki enam pilar usaha.
Adapun grup Sinar Mas merupakan salah satu grup yang memiliki pilar usaha lengkap di Indonesia.
Enam pilar usaha tersebut mulai dari pulp dan kertas, agribisnis dan pangan, layanan keuangan, pengembang dan real estate, telekomunikasi serta energi dan infrastruktur.
Dari enam pilar usaha tersebut ada sejumlah perusahaan yang sudah lepas saham ke publik di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada awal pekan ini, saham emiten grup Sinar Mas pun bervariasi.
“Pergerakan saham emiten grup Sinar Mas hanya per sektor saja. Yang melemah saham BSDE, DMAS yang merupakan sektor properti,” ujar Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji saat dihubungi Liputan6.com.
Berikut pergerakan saham emiten grup Sinar Mas pada Senin, (28/1/2019), seperti dikutip dari data RTI:
1.PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM)
Saham TKIM naik 3,42 persen ke posisi Rp 13.600. Saham TKIM sempat berada di level tertinggi 13.700 dan terendah 13.125. Total frekuensi perdagangan 4.814 kali dengan nilai Rp 115,9 miliar.
2. PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP)
Saham INKP menguat 3,24 persen ke posisi Rp 13.525 per saham. Saham INKP sempat berada di level tertinggi 13.550 dan terendah 13.100 per saham. Total frekuensi perdagangan 6.922 kali dengan nilai transaksi Rp 111,4 miliar.
3. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
Saham PT Bumi Serpong Damai Tbk merosot 4,48 persen ke posisi Rp 1.385 per saham. Saham BSDE sempat berada di level tertinggi 1.475 dan terendah 1.380 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 3.932 kali dengan nilai transaksi Rp 34,5 miliar.
4. PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI)
Selama perdagangan saham awal pekan ini stagnan di posisi Rp 4.370
5. PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS)
Saham DMAS melemah 4,76 persen ke posisi Rp 200 per saham. Saham DMAS sempat berada di level tertinggi 214 dan terendah 200 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 751 kali dengan nilai transaksi Rp 22,5 miliar.
6. PT Sinar Mas Multi Artha Tbk (SMMA)
Saham SMMA stagnan di posisi Rp 8.400 per saham.
7. PT Smart Tbk (SMAR)
Saham SMAR turun 0,24 di posisi Rp 4.120 per saham dan tercatat hanya lima transaksi dengan nilai Rp 85,4 juta.
8. PT Smartfren Telecom Tbk (FREN)
Saham FREN stagnan di posisi Rp 116 per saham. Saham FREN sempat berada di posisi tertinggi 122 dan terendah 116 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 2.008 kali dengan nilai transaksi Rp 11,8 miliar.
9. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA)
Saham DSSA stagnan di posisi 15.000 dengan satu kali transaksi.
10. PT Bank Sinar Mas Tbk (BSIM)
Saham BSIM melemah ke posisi 540 per saham.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement