Sukses

Jual Saham, Bos BCA Raup Dana Rp 1,85 Miliar

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja melepas saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) pada 31 Januari 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja melepas saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) pada 31 Januari 2019.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (1/2/2019), Jahja melepas sekitar 66.400 saham pada 31 Januari 2019. Pelepasan saham itu dilakukan dua kali.Tahap pertama, ia menjual 52.000 lembar saham BCA dengan harga Rp 27.800 per saham.

Tahap kedua, penjualan saham sekitar 14.400 lembar saham dengan harga Rp 28.150 per saham.  Harga saham dijual Rp 28.150 per saham. Dengan penjualan saham itu, kepemilikan saham BCA menjadi 7.994.202 lembar saham.

Pada penutupan perdagangan saham 31 Januari 2019, saham BCA ditutup ke posisi 28.175 per saham. Menjelang akhir pekan ini, saham BCA pun stagnan di posisi 28.175 per saham.

Berdasarkan data RTI, per 30 September 2018, pemegang saham BCA antara lain PT Dwimuria Investama Andalan sebesar 54,94 persen, Anthony Salim sebesar 1,76 persen, Djohan Emir Setijoso sebesar 0,09 persen, Tonny Kusnadi sebesar 0,01 persen, Jahja Setiaatmadja sebesar 0,03 persen dan Eugene Keith G. sebesar 0,01 persen.

Kemudian Suwignyo Budiman sebesar 0,03 persen, Subur Tan sebesar 0,01 persen dan publik kurang dari lima persen sebesar 43,11 persen.

2 dari 2 halaman

Penyaluran Kredit BCA pada Kuartal III 2018

Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyalurkan kredit sebesar Rp 516 triliun sepanjang kuartal III-2018. Angka ini tumbuh 17,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy) sebesar Rp 439 triliun.

"BCA membukukan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya," kata Wakil Presiden Direktur BCA, Eugene Keith Galbaraith di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Kamis 25 Oktober 2018.

Galbaraith menuturkan, portofolio kredit BCA mencapai RP 516 triliun tersebut ditopang kredit usaha yang lebih tinggi. Di mana kredit korporasi meningkat 23,3 persen menjadi Rp 199,2 triliun. Ini terutama berasal dari sektor jasa keuangan, telekomunikasi, serta minyak nabati dan hewani.

Sementara itu, kredit komersial dan UKM tumbuh 17,6 persen menjadi Rp 176,4 triliun dan kredit konsumer meningkat 9,0 persen menjadi Rp 139,9 triliun. Sedangkan pada portofolio kredit konsumer, kredit kepemilikan rumah naik 9,4 persen menjadi Rp 863 triliun dan kredit kendaraan bermotor meningkat 7,7 persen menjadi Rp 41,5 triliun.

"Pada periode yang sama, outstanding kartu kredit tumbuh 10,9 persen menjadi Rp 12,1 triliun," jelas dia.

Galbaraith mengatakan, BCA mencatatkan pertumbuhan kredit yang sehat dengan rasio kredit bermasalah (NPL) pada level 1,4 persen, pada akhir September 2018. Angka ini berada dalam tingkat toleransi yang masih dapat diterima.

Selain itu, rasio cadangan terhadap kredit bermasalah (loan los coverage) tercatat sebesar 187,0 persen.

"BCA mempertahankan posisi likuiditas dan permodalan yang kokoh dengan rasio kredit terhadal pendanaan (LFR) sebesar 80,9 persen dan rasio kecukuoan modal sebesar 23,2 persen," ungkap dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â