Liputan6.com, Jakarta - Tiga indeks utama Wall Street melemah tipis pada penutupan perdagangan saham Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Bursa saham AS sempat berombak karena beragam data ekonomi AS dan juga menunggu kejelasan pembicaraan perdagangan AS-China.
Mengutip Reuters, Rabu (27/2/2019), Dow Jones Industrial Average turun 33,97 poin atau 0,13 persen menjadi 26.057,98. Untuk S&P 500 kehilangan 2,21 poin atau 0,08 persen menjadi 2.793,9. Sedangkan Nasdaq Composite turun 5,16 poin atau 0,07 persen menjadi 7.549,30.
Data perumahan yang lebih lemah dari yang diperkirakan kontras dengan laporan kepercayaan konsumen yang cerah.
Advertisement
Baca Juga
Gubernur Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell mengatakan kepada Komite Perbankan Senat AS bahwa Bank Sentra AS akan tetap sabar dalam memutuskan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Wall Street telah didukung dalam beberapa pekan terakhir oleh optimisme perdagangan dan sinyal dovish dari The Fed, dengan S&P 500 sesi tinggi hanya 4,7 persen dari rekor penutupan tertinggi pada bulan September.
“Investor sepertinya lebih memilih menunggu harga yang lebih baik atau berita yang lebih baik, "kata Michael O'Rourke, chief market strategist JonesTrading, Greenwich, Connecticut, AS.
Menurut Michael, pelaku pasar di Wall Street lebih memilih menuggu hasil pembicaraan antara AS dengan China mengenai tarif perdagangan.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rincian Saham
Saham yang masuk dalam indeks S&P yang mengalami kerugian terbesar adalah JPMorgan Chase & Co, yang ditutup turun 0,8 persen setelah memperingatkan kenaikan biaya untuk deposito, bagian penting dari bisnisnya. Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi global juga menekan saham perusahaan keuangan tersebut.
Caterpillar Inc turun 2,4 persen dan juga menekan indeks saham acuan setelah broker UBS menurunkan peringkat saham dengan rekomendasi 'jual' dari rekomendasi sebelumnya 'beli'.
Homebuilding AS jatuh ke level terendah lebih dari dua tahun karena bisnis konstruksi perumahan menurun, tanda terbaru bahwa ekonomi telah kehilangan momentum pada kuartal keempat.
Tetapi indeks kepercayaan konsumen naik lebih dari yang diharapkan pada bulan Februari.
Advertisement