Liputan6.com, Jakarta - Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang merupakan salah satu indeks acuan utama di bursa saham Amerika Serikat (AS) harus turun untuk pertama kalinya dalam empat sesi pada penutupan perdagangan Selasa karena pelemahan saham farmasi Walgreens. perusahaan ini merupakan perusahaan farmasi terbesar kedua di AS.
Mengutip CNBC, Rabu (3/4/2019), Dow ditutup turun 79,29 poin ke level 26.179,13. Untuk S&P 500 mengakhiri hari tepat di atas garis datar di 2.867,24. Sementara Nasdaq Composite naik 0,25 persen dan ditutup pada 7.848,69.
Sektor konsumsi dan energi menjadi sektor yang berkinerja terburuk dalam indeks S&P 500. Masing-masing sektor tersebut turun 0,8 persen dan 0,7 persen. Sedangkan sektor properti naik 0,8 persen sementara sektor material terdongkrak 0,4 persen.
Advertisement
Baca Juga
"Hari ini memang bursa saham AS terlihat tengah konsolidasi," jelas pendiri The Opportunistic Trader, Larry Benedict.
"Setelah benar-benar menembus 2.800 hingga sampau menyentuh level 2.870, kini sepertinya kembali meninggalkan puncak," tambah dia.
Benedict menambahkan, laporan pekerjaan yang bakal keluar pada Jumat ini akan menjadi katalis pergerakan harga saham untuk mencapai rekor tertinggi. "Jadi angka ekonomi yang akan keluar pada Jumat nanti sangat penting untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya," terang dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perdagangan Sebelumnya
Pada perdagangan sebellumnya, Bursa AS ditutup menguat dipicu optimisme tentang kondisi ekonomi pada kuartal kedua terkait angka manufaktur dari China dan Amerika Serikat, yang meredakan kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan global.
Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average naik 329,74 poin, atau 1,27 persen, menjadi 26.258,42. Sementara indeks S&P 500 naik 32,79 poin, atau 1,16 persen, menjadi 2.867,19, dan Nasdaq Composite bertambah 99,59 poin, atau 1,29 persen, menjadi 7.828,91.
BACA JUGA
Pasar kali ini antara lain dipengaruhi keuntungan dalam ekuitas global didorong data sektor manufaktur China secara tak terduga kembali menunjukkan pertumbuhan pada bulan Maret. Ini merupakan untuk pertama kalinya dalam empat bulan.
"Angka manufaktur China bangkit kembali, dan orang-orang mengambil lebih banyak risiko hari ini karenanya," kata Michael O'Rourke, kepala strategi pasar di JonesTrading di Greenwich, Connecticut.
Demikian pula angka manufaktur AS pada Maret tercatat juga lebih baik dari harapan, mendorong investor mengabaikan data penjualan ritel pada Februari yang melemah.
Kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global telah meredupkan sentimen sejak Federal Reserve mengumumkan pada akhir Januari akan mengakhiri pengetatan moneter lebih awal dari harapan. Ini mengacu pada kondisi "arus lintas" yang mempengaruhi perekonomian.
Pergeseran kebijakan Fed mendorong imbal hasil obligasi 10-tahun, berada di bawah posisi tiga bulan, pada pekan lalu untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.
Imbal hasil 10-tahun telah naik kembali di atas tarif tiga bulan. Bahkan pada Senin, mencapai posisi tertinggi dalam sepekan. Kenaikan pada imbal hasil ini membantu mengangkat saham finansial, yang memberikan dorongan terbesar bagi indeks S&P 500 di antara 11 sektor indeks. Saham bank S&P 500 melonjak 2,9 persen.
Advertisement