Liputan6.com, Jakarta - PT Phillip Asset Management (PAM) meluncurkan produk Exchange Traded Fund (ETF) bernama ETF Phillip MSCI Indonesia Equity Index.
Instrumen investasi yang resmi terdaftar dengan kode XPMI itu, merupakan produk ETF pertama yang diluncurkan oleh PAM.
Direktur Utama PT Phillip Asset Management, Pradono Joko, mengatakan, produk ini berbasis saham-saham unggulan Morgan Stanley Capital International (MSCI) dengan basis MSCI Indonesia Index.Â
Advertisement
Baca Juga
Ini merupakan indeks yang sangat populer bagi investor domestik maupun luar negeri, serta banyak digunakan sebagai acuan terhadap kinerja pasar Indonesia. Selain itu indeks MSCI Indonesia memiliki korelasi yang sangat dekat, rata-rata sekitar 0,98 dalam lima tahun terakhir dengan indeks IHSG.Â
"Produk ini merupakan bukti dari komitmen Phillip Asset Management untuk berupaya aktif ikut mengembangkan dan memberikan inovasi produk investasi terbaik yang likuid, efisien serta optimal bagi para investor," ujar dia di Jakarta, Jumat (12/4/2019).
Dia optimistis, pihaknya mampu menarik banyak investor institusi maupun individu melalui XPMI. Ini dilatari oleh beberapa alasan yakni biaya pengelolaan yang rendah di produk kelasnya di Indonesia dan memiliki kinerja optimal yang sangat dekat dengan IHSG.Â
"XPMI memiliki nilai aktiva bersih (NAB) awal sebesar Rp1.000 per unit. Penyertaan dengan minimum pembelian sebanyak satu unit kreasi atau 100.000 unit penyertaan di pasar primer. Sedangkan di pasar sekunder dapat dibeli dengan minimum 1 lot atau 100 unit penyertaan," ujar dia.
Dalam peluncuran XPMI ini, PAM menjalin kerja sama dengan Phillip Sekuritas Indonesia sebagai dealer partisipan. Perseroan juga telah menunjuk BCA sebagai bank kustodian.Â
"Dengan hadirnya produk ETF XPMI ini, diharapkan bisa menjadi tambahan pilihan baru bagi para investor yang ingin mencari produk unggulan untuk melakukan diversifikasi investasi jangka panjang," ucap dia.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Total Aset Reksa Dana Syariah Capai Rp 37,3 Triliun
Sebelumnya, hingga Januari 2019, jumlah reksa dana syariah di Bursa Efek Indonesia mencapai 223 produk. Adapun total nilai aset bersih reksa dana syariah per Januari 2019 tersebut mencapai sebesar Rp 37,3 triliun.
Dari jumlah keseluruhan reksa dana yang ada di Indonesia, 11 persen merupakan reksa dana syariah, dan 89 persennya merupakan reksa dana non-syariah.
Selain reksa dana syariah terdapat dua jenis Exchange Traded Fund (ETF) dengan nilai kapitalisasi sekitar Rp 31,4 miliar.
Adapun dari total 223 jenis reksa dana syariah, jenis reksa dana syariah yang mendominasi adalah saham dengan porsi hingga 28 persen. Kemudian dana pasar uang dan terpotreksi masing-masing dengan komposisi 17 persen.
Lalu reksa dana pendapatan tetap 16 persen dan reksa dana campuran 11 persen. 12 persen sisanya merupakan Sukuk 4 persen, Efek LN sebesar 4 persen, Indeks 3 persen dan ETF sebanyak 1 persen.
Sementara itu, imbal hasil saham syariah Indonesia juga dapat bersaing di pasar global. Sejak diluncurkan pertama kali pada 2011 kinerja Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) telah tumbuh 54 persen hingga Januari 2019.
Angka ini menjadi kedua tertinggi dibandingkan indeks saham syariah di dunia. Adapun indeks saham syariah dunia yang menempati peringkat pertama yaitu DJIM (Dow Jones Islamic Market World) mencapai 73 persen, sementara MIWO (MSCI World Islamic Index) yang hanya 20 persen.
Selain itu pertumbuhan ISSI juga mengalahkan indeks saham malaysia yang berada pada peringkat ke empat dengan angka pertumbuhan mencapai 19 persen.
Â
Advertisement
Jurus BEI Gaet 1 Juta Investor Saham
Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menjalankan berbagai cara guna mendorong kenaikan jumlah investor di bursa saham Indonesia.
BEI menargetkan jumlah investor saham berdasarkan single investor identification (SID) sebanyak 1 juta investor pada semester I 2019.
Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi menjelaskan, pada saat ini jumlah investor saham telah mencapai 880 ribu SID. BEI mengaku telah menyiapkan sejumlah strategi guna mencapai target 1 juta investor.
"Ini sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nomor 45/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola Dalam Pemberian Remunerasi Bagi Bank Umum. Kita berharap banyak di tahun ini semester akhir jumlah investor SID saham sejumlah 1 juta SID saham," ujarnya di Jakarta, Jumat 8 Januari 2019.
BEI akan mengoptimalkan segala kanal distribusi dan literasi untuk memenuhi target 1 juta investor itu. Kata dia, sinergi antar platform akan terus ditingkatkan pada tahun ini.
"Jadi kita akan lakukan kerja sama yang baik dan mengoptimalkan distribusi kanal-kanal informasi yang ada di kita. Itu kita punya media, ada tv bursa yang terus lakukan literasi dan inklusi. Kemudian ada kantor perwakilan daerah yang secara reguler di pusat melakukan sekolah pasar modal," imbuhnya.
Tak hanya itu, ia juga mengungkapkan, BEI akan menggandeng komunitas serta memanfaatkan galeri investasi untuk meningkatkan jumlah investor saham di pasar modal.
"Kemudian kita juga punya galeri investasi yang tahun lalu sudah mencapai angka 412. Selain menyasar investor domestik ritel, kita juga bersama institusi potensial investor juga sudah mendekatkan diri. Sudah ada kerja sama antara BEI dengan asosiasi dana pensiun," pungkasnya.
Â