Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi menuturkan, sudah ada perusahaan financial technology (fintech) yang sedang jajaki untuk menawarkan  saham perdana atau Initial Public Offering (IPO).
Namun, Inarno masih belum mau terbuka lebih jauh, perusahaan mana saja yang hendak mencatatkan namanya sebagai emiten baru di pasar modal.
"Terlalu dini mungkin kalau saya sebutkan. Tapi ada yang sudah menjajaki untuk melantai di bursa. Tapi belum saatnya saya bicara itu siapa saja," ungkap dia di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/4/2019).
Advertisement
Baca Juga
Saat ditanya kapan perusahaan yang dimaksud bakal melakukan penjajakan IPO, lagi-lagi ia belum mau menjawab lebih rinci.
"Mungkin itu butuh proses. Kalau bisa secepatnya lebih baik. Tapi memang ada beberapa kendala yang dihadapi," sebut dia.
"Salah satunya mungkin bahwasanya bentuk badan hukumnya tidak PT (Perseroan Terbatas). Persyaratan di kita untuk listing salah satunya harus PT," dia menandaskan.
Â
Â
* Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 di sini
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
BEI Tunggu Restu Pemegang Saham 4 Unicorn Indonesia untuk IPO
Sebelumnya, manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI)Â mengaku telah melakukan pendekatan intensif kepada empat unicorn di tanah air.
Unicorn itu antara lain Go-Jek, Traveloka, Bukalapak, dan Tokopedia untuk mencatatkan saham di BEI.
Direktur Penilaian Perusahan BEI, I Gede Nyoman Yetna menuturkan, pihaknya telah bertemu dan berdiskusi dengan keempat startup unicorn tersebut untuk mengajak melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
"Sudah diskusi dan sudah ketemu. Tapi tergantung dari pemegang saham mereka," ujar dia di Jakarta, Rabu, 20 Maret 2019.
Nyoman menambahkan, pihaknya telah melakukan relaksasi aturan untuk mengakomodasi perusahaan startup melakukan IPO.Â
"Kami sudah akomodasi, bukan hanya bagi perusahaan manufaktur. Tetapi juga, bagi perusahaan yang valuasinya berdasarkan intangible," kata dia.
Menurut Nyoman, direksi keempat unicorn itu membutuhkan persetujuan dari pemegang saham terkait ajakan IPO. Lantaran, para pemegang saham antara lain adalah investor-investor asing.
"Mereka perlu approval dari pemegang sahamnya untuk melakukan IPO," ungkapnya.
Nyoman memastikan, BEI telah menyiapkan infrastruktur bagi perusahaan unicorn maupun perusahaan rintisan lainnya yang akan IPO atau menawarkan sahamnya kepada publik.
"Pintu sudah kami buka. Call-nya ada di mana? Ya ada di mereka," pungkasnya.
Â
Advertisement
Alasan Unicorn Tumbuh Cepat di Indonesia
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Rudiantara menyebutkan, merupakan tugas pemerintah untuk mempermudah dari sisi regulasi untuk pertumbuhan unicorn di dalam negeri.Â
Hal ini ia ungkapkan lantaran banyak kabar yang beredar, unicorn banyak didanai oleh pihak asing. Kata dia, unicorn justru membawa banyak kemudahan bagi hidup masyarakat.
"Unicorn itu cara baru untuk selesaikan masalah, kenapa startup di Indonesia tumbuh cepat karena mereka selesaikan permasalahan di masyarakat. Saya tanya, mau enggak gojek ditutup di Indonesia? Enggak? Mau pesen tiket harus ke travel biro karena tidak ada traveloka," ujarnya di Jakarta, Selasa 26 Februari 2019.
Dia menuturkan, pemerintah justru perlu mendukung keberlangsungan unicorn mengingat fungsinya sebagai alat yang mempermudah hidup banyak masyarakat.
"Teknologi ini bertindak sebagai enabler atau alat. Kita harus dorong startup di Indonesia karena muncul pemikiran-pemikiran baru, cara-cara baru," ujar Rudiantara.
Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah perlu memfasilitasi kehadiran unicorn di dalam negeri.
"Juga pemerintah bukan hanya menerapkan laytouch regulation tapi juga fasilitasi dengan kembangkan 1.000 startup dengan ekosistem karena banyak anak muda jago teknologi. Kita fasilitasi properly bagaimana mereka bisa diakselerasi," kata Rudiantara.
Â