Sukses

Khawatir Perang Dagang, Bursa Asia Merosot

Bursa saham Asia dan indeks saham berjangka Dow Jones melemah usai investor dapat sinyal beragam soal negosiasi dagang AS-China.

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham global bergejolak pekan lalu dan berakhir dengan catatan positif. Namun, awal pekan ini, indeks saham berjangka Dow Jones dan bursa Asia melemah setelah investor mendapat sinyal beragam soal negosiasi perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China.

Penasihat ekonomi Presiden AS Donald Trump, Larry Kudlow menuturkan, para pejabat AS mengharapkan China membalas kenaikan tarif yang ditetapkan pemerintahan Presiden AS Donald Trump pada pekan lalu. Pada Jumat, AS menaikkan tarif impor barang China USD 200 miliar menjadi 25 persen dari 10 persen.

"Kami akan lihat apa yang mereka pikirkan," ujar Kudlow, seperti dikutip dari laman CNN Business, Senin (13/5/2019).

Bursa saham Asia pun merosot pada awal pekan ini. Indeks saham Jepang Nikkei turun sekitar 0,5 persen. Bursa saham China pun tergelincir. Indeks saham Shanghai turun hampir satu persen. Indeks saham Shenzhen susut 0,90 persen.

Selain itu, indeks Korea Selatan Kospi melemah 1,02 persen, dan indeks saham Australia tergelincir 0,23 persen.

Indeks saham Dow Futures turun 270 poin pada Minggu malam waktu setempat. Sedangka indeks saham S&P 500 dan Nasdaq berjangka melemah lebih dari satu persen.

Investor Wall Street juga khawatir dengan perang dagang yang meningkat. Ini didorong AS dan China terus menaikkan tarif. Industri AS yang impor barang Chia membayar tarif yang dikenakan oleh AS.

Hal ini berdampak terhadap keuntungan atau memberikan biaya kepada konsumen yang dapat ganggu permintaan produk. Bagaimana pun perusahaan kalah. Itu sebabnya wall street berharap perang dagang berakir.

Meski pun negosiasi antara AS dan China berakhir tanpa kesepakatan pada Jumat, investor didorong sentimen positif dari pernyataan tim negosiasi dagang Trump. Hal itu juga mendorong arah indeks saham berbalik ke zona hijau pada akhir pekan lalu.

Namun, tidak apa langkah selanjutnya untuk membuat kesepakatan.

Pemerintahan China telah berjanji untuk mengambil langkah-langkah penanggulangan yang diperlukan untuk kenaikan tarif yang mulai berlaku tetapi tidak menawarkan secara spesifik bagaimana tanggapannya.

Cina menerapkan tarif pada produk pertanian AS sebagai respons terhadap tarif pemerintah AS sebelumnya dan berhenti membeli kedelai AS sekitar enam bulan.

Kudlow menuturkan, ada kemungkinan kuat Trump akan bertemu Presiden China Xi Jinping di KTT Ekonomi G-20 di Jepang pada Juni 2019.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Kata IMF

Sebelumnya, Kepala Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mengatakan, ketegangan perang dagang yang baru-baru ini mencuat kembali antara Amerika Serikat (AS) dan China bakal jadi ancaman utama bagi ekonomi dunia.

"Jelas ini akan jadi ancaman bagi ekonomi dunia," ujarnya di Paris seperti dilansir dari laman Reuters.

Chritine menambahkan jika isu yang mencuat baru-baru ini akan membuat kesepakatan antara AS dan China semakin sulit tercapai.

Sebelumya, Presiden AS Donald Trump mengagetkan pasal global dengan mengancam akan menaikkan tarif bea impor terhadap produk China sebanyak 25 persen dari semula 10 persen.  Trump menyatakan ancamannya ini melalui akun twitter pribadinya.

Bukan hanya IMF saja, bahkan Menteri Ekonomi Prancis Bruno Le Maire juga memperingatkan akan dampak dari perang dagang yang terjadi antara dua ekonomi terbesar dunia ini.

 

3 dari 3 halaman

Kenaikan Tarif Jadi Jalan Terakhir

Selain itu, Le Maire juga meminta agar AS dan China untuk tidak mengambil keputusan buruk yang dapat mengancam serta merusak pertumbuhan ekonomi global dalam beberapa bulan mendatang.

"Menaikkan tarif ini merupakan jalan terakhir yang harusnya diambil. Namun ini juga menjadi keputusan yang begitu negatif untuk perkembangan ekonomi di seluruh dunia, bahkan juga di Eropa," ujarnya yang dilansir dari laman AFP.

China telah mengumumkan akan menghadirkan negosiator utamanya dalam perundingan esok di AS.

Sebelum ketegangan ini mencuat, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menyatakan jika perundingan antara AS dan China telah 90 persen menuju sepakat.

Namun sayang, kesepakatan final ini harus tertunda karena menurut AS, China telah mengingkari beberapa komitmen penting yang telah mereka buat selama berbulan-bulan ini.

Â