Sukses

Perang Dagang Memanas, Kapan IHSG Bisa Keluar dari Tekanan?

kembali memanasnya perang dagang kedua negara ikut andil merontokan bursa-bursa Asia termasuk juga bursa saham di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Konflik perang dagang Amerika Serikat (AS)-China semakin memanas. Itu dimulai ketika AS pada Jumat pekan lalu resmi mengenakan tarif impor ke produk-produk China sebesar 25 persen.

China pun tak ambil diam, negeri tirai bambu itu mengatakan akan mengenakan tarif pajak impor terhadap sejumlah produk AS, dengan tarif impor antara 5-25 persen dengan nilai USD 60 miliar. Rencana ini akan bergulir pada 1 Juni nanti.

Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan, kembali memanasnya perang dagang kedua negara ikut andil merontokan bursa-bursa Asia termasuk juga bursa saham di Indonesia. Terlihat, pada pembukaan perdagangan hari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menuju zona merah.

Sukarno menambahkan, kelanjutan perkembangan perang dagang antar dua negara besar itu pun akan terus diamati oleh para investor asing.

"Tinggal menunggu titik temu perundingan antara AS-China. Namun akibat sentimen ini, investor asing akan melakukan aksi jual dulu," terangnya kepada Liputan6.com, Selasa (14/5/2019).

Meski begitu, tekanan aksi jual saat ini sudah mulai berkurang. Menurut dia, hal ini berdampak bagi bagi indeks untuk berpeluang menguat lagi (rebound).

"Saya rasa sekarang kalau dilihat dari sisi teknikal, penurunannya, tekanan jual sudah mulai berkurang. Volume dalam tren turun, dalam minortrend yang artinya tekanan jual sudah berkurang untuk sekarang. 1-2 hari seharusnya bisa teknikal rebound," kata dia.

Dia pun mengungkapkan, rilis suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada 16 Mei nanti akan menentukan pergerakan daripada IHSG ke depan.

"Terdekat ada rilis balance of trade dan interest rate. Ini bisa menjadi sentimen positif jika rilis balance of trade dinilai positif," ucapnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

IHSG Dibuka Turun ke 6.055

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memerah pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Nilai tukar rupiah juma melemah di kisaran 14.445per dolar AS.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, Selasa (14/5/2019), IHSG melemah 53,99 atau 0,88 persen ke posisi 6.081,40. Sedangkan pada pembukaan perdagangan saham pukul 09.00, IHSG masih melemah dengan turun 79,99 poin atau 1,30 persen ke level 6.055,40. Ini adalah level terendah sepanjang tahun ini.

Adapun indeks saham LQ45 melemah 1,63 persen ke posisi 945,21. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah pada perdagangan hari ini.

Sebanyak 179 saham melemah sehingga mendorong IHSG ke zona merah. Sementara 31 saham menguat dan 88 saham diam di tempat. Pada awal sesi, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.083,02 dan terendah 6.040,67. 

Total frekuensi perdagangan saham 23.006 kali dengan volume perdagangan saham 1,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 494,1 miliar.

Investor asing jual saham Rp 40 miliar di pasar reguler. Posisi rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat sebesar 14.445.

Seluruh sektor berada di zona merah. Saham industri dasar turun 2,22 persen dan membukukan penurunan terbesar. Saham aneka industri melemah 2,15 dan saham manufaktur tertekan 2,01 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham POSA naik 24,68 persen ke posisi Rp 394 per saham, saham MTWI mendaki 18,84 persen ke posisi Rp 82 per saham, dan saham RMBA menguat 12,50 persen ke posisi Rp 450 per saham.

Sementara itu, saham-saham yang melemah dan menekan IHSG antara lain saham GLOB turun 10,86 persen ke posisi Rp 312 per saham, saham IIKP tergelincir 10 persen ke posisi Rp 55 per saham, dan saham NRCA susut 8,17 persen ke posisi Rp 382 per saham.