Sukses

Ketegangan Perdagangan AS-China Bawa Wall Street Melemah

Pasar saham menyerah pada tekanan jual di Mei ini, setelah Washington dan Beijing terlibat dalam tarif dan tindakan pembalasan lainnya

Liputan6.com, New York - Wall Street atau Pasar saham Amerika Serikat (AS) merosot dipicu langkah investor yang melepas sahamnya. Penurunan terbesar terjadi pada sektor energi dan teknologi. Hal ini dipicu kekhawatiran bahwa perang perdagangan AS-China yang meningkat akan menghambat pertumbuhan ekonomi global.

Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 286,14 poin, atau 1,11 persen menjadi 25.490,47. Adapun indeks S&P 500 kehilangan 34,03 poin, atau 1,19 persen menjadi 2.822,24 dan Nasdaq Composite turun 122,56 poin, atau 1,58 persen menjadi 7.628,28.

Pasar saham menyerah pada tekanan jual di Mei ini, setelah Washington dan Beijing terlibat dalam tarif dan tindakan pembalasan lainnya. Adapun indeks S&P 500 berada di jalur untuk membukukan penurunan bulanan pertama sejak aksi jual Desember.

Hal yang memicu kekhawatiran perdagangan di kalangan investor, adalah saat Beijing mengatakan bahwa Washington perlu memperbaiki "tindakan salahnya," untuk bisa melanjutkan pembicaraan perdagangan. Ini dikatakan setelah Amerika Serikat memasukkan Huawei Technology Co Ltd daftar hitam pada minggu lalu.

Di antara sektor pada indeks S&P 500, hanya utilitas dan real estat yang dianggap masih baik. Keduanya mencatatkan keuntungan ketika investor pindah ke aset safe haven seperti treasuries.

"Tampaknya semakin tidak akan ada resolusi jangka pendek untuk perang perdagangan, dan pasar jelas ketakutan akan hal itu," kata Lamar Villere, Mitra dan Manajer Portofolio Villere & Co di New Orleans.

 

2 dari 2 halaman

Saham Naik dan Turun

Adapun saham perusahaan teknologi dan industri pada indeks S&P 500, dua sektor yang telah memberi sentimen ke pasar, masing-masing turun 1,7 persen dan 1,6 persen.

Saham perusahaan S&P 500 di sektor keuangan dan energi juga anjlok, dengan turun 3,1 persen.  Saham energi menyebabkan kerugian di antara sektor S&P 500.

Penurunan harga hingga 5 persen sebagai respons terhadap melemahnya permintaan ikut menghambat saham energi. Sementara penurunan imbal hasil treasury 10-tahun, yang mencapai level terendah sejak Oktober 2017,  kembali menahan saham keuangan.

Menambah suasana suram di pasar, data dari IHS Markit menunjukkan data manufaktur AS pada Mei goyah. Tercatat pesanan baru jatuh untuk pertama kalinya sejak Agustus 2009.

Saham yang kali ini juga turun antara lain milik NetApp Inc jatuh 8,1 persen. Ini merupakan persentase penurunan terbesar pada indeks S&P 500, setelah pembuat peralatan penyimpanan data tersebut meramalkan laba kuartal dan pendapatan di bawah perkiraan.

Sementara saham yang naik antara lain milik L Brands Inc melonjak yang 12,8 persen setelah pemilik Victoria's Secret dan Bath & Body Works melaporkan pendapatan kuartalan yang lebih baik dari perkiraan.

Volume perdagangan saham kali ini mencapai 7,61 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 6,99 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Â