Sukses

Bank Mandiri Dikabarkan Batal Beli Permata, Ini Kata Analis

Bank Mandiri dikabarkan batal beli Bank Permata. Hal ini berdampak terhadap pergerakan saham Bank Permata pada awal pekan.

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) melemah pada perdagangan saham Senin 27 Mei 2019. Kabar Bank Mandiri tak jadi membeli saham Bank Permata dinilai menjadi sentimen terhadap pergerakan saham Bank Permata pada awal pekan ini.

Berdasarkan data RTI, pada Senin 27 Mei 2019, saham Bank Permata melemah 3,68 persen ke posisi Rp 785 per saham. Total volume perdagangan saham 51,95 juta saham dengan nilai transaksi Rp 41,1 miliar. Total frekuensi perdagangan saham 2.106 kali. Harga saham BNLI sempat berada di level tertinggi 810 dan terendah 780 per saham.

Sementara itu, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik tipis 0,32 persen ke posisi Rp 7.725 per saham. Total volume perdagangan saham 72,30 juta saham. Nilai transaksi Rp 553,7 miliar dengan total frekuensi perdagangan saham 8.138 kali. Saham PT Bank Mandiri Tbk sempat berada di level tertinggi Rp 7.725 per saham dan terendah Rp 7.525 per saham.

Analis PT RHB Sekuritas Indonesia, Henry Wibowo menuturkan, saham Bank Permata merosot didorong kabar Bank Mandiri tidak jadi membeli Bank Permata.

"Ini berarti mereka butuh waktu lagi untuk negosiasi dengan calon pembeli baru," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat yang ditulis Selasa (28/5/2019).

Ia menambahkan, kabar tersebut seharusnya positif untuk Bank Mandiri. Akan tetapi, pergerakan saham Bank Mandiri cenderung mendatar kemarin. "Ini karena ex dividen date untuk Bank Mandiri sekitar 3,5 persen dividen yield," ujar dia.

Sementara itu, Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menilai, penurunan saham Bank Permata pada perdagangan kemarin tidak terlalu signifikan. "Ini minimnya sentimen positif dan rendahnya demand," ujar dia.

Saat dikonfirmasi mengenai kabar batalnya rencana Bank Mandiri akuisisi Bank Permata, Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Rohan Rofas belum menjawab pesan singkat Liputan6.com.

Adapun koreksi saham Bank Permata pun tidak berlanjut pada perdagangan saham Selasa pekan ini.

Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Selasa 28 Mei 2019, saham PT Bank Permata Tbk naik 1,91 persen ke posisi Rp 800 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 736 kali dengan nilai transaksi Rp 11,3 miliar. Saham Bank Permata sempat berada di level tertinggi Rp 805 dan terendah Rp 785 per saham.

Mengutip laporan PT RHB Sekuritas Indonesia, rekomendasi saham Bank Permata diturunkan dari beli menjadi netral. Target harga saham Bank Permata menjadi Rp 720 dari sebelumnya Rp 1.400.

"Kami mengakui rencana divestasi Standard Chartered untuk Bank Permata, tetapi merger dan akuisisi dalam jangka pendek tidak mungkin," tulis analis PT RHB Sekuritas Indonesia.

RHB Sekuritas Indonesia menilai, merger dan akuisisi tak terjadi dalam jangka pendek terutama nilai merger dan akuisisi lebih dari Rp 10 triliun. Ini karena mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat sekitar lima persen sehingga menghambat potensi aksi korporasi karena perusahaan lebih hindari risiko.

Selain itu, sektor perbankan juga melihat penurunan net interest margin (NIM) kurang dari lima persen sejak tahun lalu. Ini dengan mengetatnya likuiditas sedangkan biaya pinjaman tetap tinggi.

"Akibatnya, kami melihat valuasi industri perbankan menurun dengan bank yang masuk empat besar menjadi 1,4-2,2 kali (pbv) dan bank menengah kecil menjadi 0,6 kali-1 kali pbv,” tulis analis RHB Sekuritas Indonesia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Ubah Target Harga Saham Bank Permata

RHB Sekuritas Indonesia menilai, penjual akan cenderung menunggu hingga kondisi industri membaik dan valuasi lebih tinggi.

"Selain itu, dalam jangka panjang, kami melihat merger dan akuisisi masih memungkinkan dengan pembeli potensial adalah bank asing mencari keuntungan lebih tinggi. Ini kemungkinan besar dari negara maju yaitu Jepang dan Korea, dengan ROE lebih rendah dari pada Indonesia,” tulis analis RHB Sekuritas Indonesia.

PT RHB Sekuritas Indonesia menargetkan harga saham Rp 720 dari sebelumnya Rp 1.400. Target harga saham ini didasarkan dari price book value (pbv) 0,9 kali.

Lalu bagaimana dengan prospek Bank Permata ke depan?

Dalam laporan RHB Sekuritas Indonesia yang disusun analis RHB Sekuritas Indonesia Alvin Baramuli dan Henry Wibowo menilai,bank kecil dan menengah masih hadapi NIM yang tertekan karena biaya pendanaan tetap tinggi.

Akan tetapi, Bank Permata dapat lebih unggul dari lainnya. Ini karena memiliki lebih banyak ruang untuk meningkatkan kualitas aset, memiliki tingkat likuiditas yang baik (loan to deposit rasio: 88 persen), dan akan mendapat manfaat saat pertumbuhan pinjaman membaik secara bertahap.

Ditambah prospek suku bunga kurang agresif pada tahun depan sehingga akan dorong kenaikan NIM secara bertahap.

"Karenanya kami asumsikan CAGR (compund annual growth rate) laba bersih 12 persen pada 2018 hingga 2021 dengan kualitas aset lebih baik dan NIM lebih tinggi masing-masing 10 basis poin,” tulis analis RHB Sekuritas Indonesia.