Sukses

Aksi Jual Mereda, Wall Street Menguat

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street cenderung stabil dan membukukan penguatan di tengah sentimen perang dagang.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street cenderung stabil dan membukukan penguatan di tengah sentimen perang dagang.

Hal ini seiring komentar bertentangan tentang negosiasi perdagangan dari Presiden AS Donald Trump dan pemerintahan China yang perkuat kekhawatiran perang dagang yang panjang berpotensi merugikan pertumbuhan global.

Pada penutupan perdagangan saham Kamis (Jumat pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 43,47 poin atau 0,17 persen ke posisi 25.169,88. Indeks saham S&P 500 naik tipis 5,85 poin atau 0,21 persen ke posisi 2.788,87. Indeks saham Nasdaq bertambah 20,41 poin atau 0,27 persen ke posisi 7.567,72.

Sentimen perang dagang bayangi pergerakan wall street. Trump menuturkan, negosiasi perdagangan dengan China berjalan baik. Akan tetapi, pernyataan itu dimentahkan oleh diplomat senior China yang menuturkan, memprovokasi perselisihan perdagangan merupakan "terorisme ekonomi".

Kurangnya kejelasan di negosiasi perdagangan telah menguncang investor akhir-akhir ini. Padahal sebelumnya indeks saham S&P 500 naik lebih dari 17 persen setelah selama empat bulan pertama ini ada optimisme kesepakatan perdagangan antara kedua negara dapat tercapai.

Optimisme itu memudar, karena pertikaian yang meningkat antara kedua negara AS dan China telah sangat membebani wall street pada Mei.

Masing-masing indeks utama menurun lima persen pada Mei. Penguatan pada perdagangan Kamis waktu setempat menandai kenaikan pertama untuk indeks utama AS di wall street.

"Setelah beberapa hari turun, pasar biasanya mengambil nafas untuk stabil dan evaluasi ulang risiko. Pasar mulai menyadari kalau kita tidak mendapatkan informasi yang benar-benar jelas dan itu hanya akan menjadi pengganggu," ujar Chief Invesment Officer Eventshares, Ben Philips, seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (31/5/2019).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Saham Bank Melemah

Selain itu, laporan pemerintah pada Kamis juga menunjukkan inflasi AS jauh lebih lemah dari pada yang diperkirakan kuartal I pada penurunan tajam dalam permintaan domestik. Sementara pertumbuhan juga sedikit lebih rendah dari yang diperkirakan pada April.

Di sisi lain sentimen perang dagang membantu menopang permintaan untuk utang safe haven seiring imbal hasil obligasi AS berada di posisi terendah dalam 20 bulan. Kurva imbal hasil antara surat berharga tiga bulan dan 10 tahun tetap terbalik, inversi terlebar dalam hampir 12 tahun.

Pada gilirannya membebani saham bank yang sensitif terhadap suku bunga yang turun 1,2 persen.

Sementara itu, sektor saham keuangan susut 0,5 persen. Sektor saham energi melemah 1,2 persen karena harga minyak turun hampir empat persen karena penurunan lebih kecil dari perkiraan dalam persediaan minyak mentah AS. Sektor saham energi ini merosot lebih dari 10 persen pada Mei.

Saham Dollar General Corp melonjak 7,2 persen setelah laba melampaui harapan. Sedangkan saham PVH Corp anjlok 14,9 persen, dan menjadi pemain terburuk di indeks saham S&P 500 setelah perseroan memangkas perkiraan laba tahunan karena bergulat dengan tarif dan perlambatan pertumbuhan ritel.

Volume perdagangan saham di wall street tercatat 6,25 miliar saham. Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata perdagangan saham 20 hari sekitar 6,99 miliar saham.