Sukses

Kemenhub Sebut Maskapai RI Alami Rugi, Intip Saham AirAsia dan Garuda

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan, berdasarkan penelusuran, banyak maskapai di Indonesia yang mengalami kerugian.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan, berdasarkan penelusuran, banyak maskapai di Indonesia yang mengalami kerugian.

"Enggak ada yang untung malahan, enggak ada yang untung. AirAsia juga hampir Rp 1 triliun kalau enggak salah ya (kerugiannya)," ujar Polana, Senin (10/6/2019).

Polana menambahkan, pihaknya saat ini mengumpulkan data keuangan seluruh maskapai termasuk Lion Air untuk dianalisa penyebab kerugian. Hal ini setelah adanya pengajuan penundaan pembayaran jasa kebandaraan pada kuartal I 2019 kepada Angkasa Pura I oleh Lion Air.

Pengajuan tersebut dilakukan sebab PT Lion Mentari Airlines, perusahaan yang menaungi Lion Air mengalami kerugian.

"Lagi mengumpulkan data. Apa yang dilakukan. Karena memang enggak ada subsidi sama sekali ya," tutur dia.

Ia menuturkan, banyak maskapai yang meminta penundaan pembayaran jasa baik ke operator bandara dan navigasi, tapi kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan.

Kementerian Perhubungan akan keluarkan kebijakan setelah dilakukan kajian. "Kita enggak khawatir. Kita harus buat kajian. Sekarang Bu Kristi (Direktur Angkutan Udara) sedang lihat supply-demand," tutur dia.

Dengan melihat kondisi itu, bagaimana pergerakan saham emiten maskapai yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal pekan ini?

Saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) sempat bergerak di zona hijau. Akan tetapi, saham GIAA melemah terbatas.

Pada awal pekan ini, saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) sempat berada di level tertinggi 442 dan terendah 422 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 2.743 kali dengan nilai transaksi Rp 14,9 miliar. Saham GIAA pun akhirnya melemah tipis 0,93 persen ke posisi Rp 428 per saham.

Saham PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) pun bertahan di zona hijau. Pada awal perdagangan, saham CMPP sempat melemah 10 poin ke posisi Rp 185 per saham dari penutupan dua pekan lalu di kisaran Rp 195 per saham. Namun, akhirnya berbalik arah ke zona hijau.

Saham CMPP menguat 3,59 persen ke posisi Rp 202 per saham. Saham CMPP sempat berada di level tertinggi Rp 206 dan terendah Rp 185 per saham. Transaksi saham CMPP tidak terlalu ramai. Total frekuensi perdagangan saham 89 kali dengan nilai transaksi Rp 56,7 juta.

Sementara itu, grup Lion Air belum tercatat di bursa saham Indonesia.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, ada saham emiten maskapai menguat pada awal pekan ini didorong momen Lebaran. "Katalis positif dari periode peak season Lebaran," ujar dia.

Penguatan saham emiten maskapai ini apakah berlangsung dalam jangka pendek atau panjang, menurut Nafan, hal itu tergantung rilis kinerja laporan keuangan kuartal II 2019. "Tergantung rilis kinerja laporan keuangan kuartal II 2019, maka hal ini akan mempengaruhi pergerakan harga sahamnya," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Kemenhub: Seluruh Maskapai yang Beroperasi di Indonesia Alami Kerugian

Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) angkat bicara mengenai pengajuan menundaan pembayaran jasa kebandaraan pada kuarta I 2019 ke Angkasa Pura I oleh Lion Air. Pengajuan tersebut dilakukan sebab PT Lion Mentari Airlines, perusahaan yang menaungi Lion Air mengalami kerugian‎.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Polana B Pramesti mengatakan, ‎berdasarkan penelusuran Kementerian Perhubungan, banyak maskapai penerbangan yang beroperasi di Indonesia yang mengalami kerugian.

"Enggak ada yang untung malahan, enggak ada yang untung. Air asia juga hampir Rp 1 triliun kalau enggak salah ya (kerugiannnya)," kata Polana, di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin, 10 Juni 2019.

Menurut Polana, pihaknya sedang mengumpulkan data keuangan seluruh maskapai termasuk Lion Air untuk dianalisa penyebab kerugian.

"Lagi mengumpulkan data. Apa yang dilakukan. Karena memang enggak ada subsidi sama sekali ya," tuturnya.

Dia mengakui, banyak maskapai yang meminta penundaan pembayaran jasa baik ke operator bandara dan navigasi, namun kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan.

Kementerian Perhubungan pun akan mengeluarkan kebijakan setelah dilakukan kajian. "Kita enggak khawatir. Kita harus buat kajian. Sekarang Bu kristi (Direktur Angkutan Udara) sedang lihat supply-demand," tandasnya.

 

3 dari 3 halaman

Kondisi Keuangan Sulit, Lion Air Ajukan Penundaan Pembayaran

Sebelumnya, Lion Air Group ternyata dalam kondisi kesulitan keuangan. Tekanan industri penerbangan dalam satu tahun terakhir nampaknya memaksa perusahaan maskapai tersebut harus mengajukan penundaan pembayaran kewajiban kepada operator bandara, yaitu PT Angkasa Pura I (Persero).

Lion Air Group mengajukan penundaan tagihan pembayaran untuk sewa ruangan dan lahan, parking fee, landing fee and aviobridge, check in counter dan baggage handling system kepada AP I.

"Kewajiban pembayaran yang Lion Air Group minta untuk dibuatkan termin pembayarannya adalah kewajiban Januari, Februari dan Maret 2019," kata Communications Strategic of Lion Air Group ketika dikonfirmasi Liputan6.com, Senin, 10 Juni 2019.

Danang menjelaskan, Lion Air Group bersama AP I telah melakukan pertemuan resmi dan sudah menyepakati secara tertulis terkait dengan termin pembayaran kewajiban Januari, Februari, Maret 2019 dan pembayaran sudah dilaksanakan.

"Pembayaran kewajiban April dan seterusnya dilakukan secara normal, tidak ada penundaan," tegas Danang.

Sementara itu di kesempatan terpisah, Direktur Pelayanan dan Pemasaran AP I Devy Suradji membenarkan bahwa surat tersebut telah diterima oleh AP I. Hanya saja Devyy mengaku permintaan Lion Air Group tersebut masih akan dibahas dalam beberapa hari ini.

"Hari ini direksi baru selesai Posko Lebaran, baru mau dibahas," jawabnya.

Â